Suatu malam, di tengah sunyi malam desa Suka damai, Kusno, seorang pemuda berusia dua puluh lima tahun, terjaga dari tidurnya. Suara gerisik daun kelapa di luar jendela seakan mengingatkannya pada kisah heroik yang kerap didengar dari mulut para tetua. Dalam benaknya, terbayang wajah ayahnya, seorang pejuang kemerdekaan, yang selalu menekankan pentingnya keberanian dan kejujuran, serta menjunjung tinggi prinsip non-kekerasan.
KEMBALI KE ARTIKEL