Aku melihatmu melayangkan kaki ke tubuhku yang tergolek disimpang jalan itu. Aku yakin aku sudah mati ketika kau melempar sekali lagi parang yang ada ditanganmu itu ke arahku, barangkali tepat dileherku. Tapi, aku bingung kenapa kau masih belum yakin kalau aku sudah mati, kemudian menendang-nendang mayatku serupa ingin menyuruhku bangun lagi, dan berduel denganmu lagi. Aku juga mengikuti langkah kakimu ketika kau dengan nafas terengal menyeret tubuhku kedalam semak belukar. Tubuhku sesekali tertahan pada ranting-ranting kecil yang kering, yang kemudian kau tarik dengan sekuat tenaga karena hari keburu pagi. Dan kulihat ranting-ranting itu mengaruk tubuhku serta menikam luka-luka yang telah kau buat disana.
KEMBALI KE ARTIKEL