Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Dari Jendela Sekolah Menatap Potensi Alam Nusantara

29 November 2011   08:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:03 243 1
[caption id="attachment_146433" align="alignleft" width="300" caption="Illustrasi: Pantai Tanjung Bira, Bulukumba"][/caption] Setiap kali saya menatap hilir mudik pesawat diatas angkasa yang rutin melewati sekolah saya di Sudiang, terbayang bumi nusantara yang telah dipersatukan oleh alat transportasi darat, laut dan udara. Letak sekolah saya berdekatan dengan bandara internasional Sultan Hasanuddin Makassar.

Berkat adanya sarana transportasi udara, jarak tempuh antar pulau di seantero nusantara yang memiliki 17.504 pulau besar dan kecil menjadi semakin cepat. Kita mengetahui, wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudera Hindia dan Samudra Pasifik dan diapit oleh dua benua yakni benua Asia dan benua Australia/Oseania. Luas daratan Indonesia adalah 1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km² dengan lima pulau besar yakni Pulau Kalimantan dengan luas 539.460 km², Pulau Sumatera dengan luas 473.606 km², Pulau Papua dengan luas 421.981 km², Pulau Sulawesi dengan luas 189.216 km², dan Pulau Jawa dengan luas 132.107 km².

Asal mula kata Indonesia sendiri menunjukkan negara pulau.Kata “Indonesia” berasal dari Bahasa Yunani, yakni “Indos” dan “Nesos”. Indos artinya India dan Nesos artinya Pulau. Jadi bisa dikatakan bahwa wilayah Indonesia adalah wilayah India Kepulauan. Pemberian nama Indonesia (Indunesians) pertama kali oleh seorang pakar etnografi berkebangsaan Inggris pada tahun 1850 bernama George Earl. Etnolog dari Inggris ini membedakan antara istilah Indunesians dan Malayunesians untuk penduduk "Kepulauan India atau Kepulauan Melayu". Istilah inilah yang mengilhami Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) pada tahun 1913 ketika mendirikan kantor berita di Belanda bernama Indonesisch Pers-bureau.

Dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 pulau menempatkan wilayah Indonesia dengan garis pantai terpanjang nomor dua di dunia, yaitu 81.000 km. Indonesia juga merupakan negara yang memiliki ratusan suku bangsa dengan jumlah penduduk sebanyak 235 juta dan tetap bersatu didalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hingga kini tercatat lebih 600 suku bangsa, dengan ribuan dialek bahasa, ratusan budaya, dan memiliki enam agama besar dunia dan dapat tetap bersatu.

Bumi nusantara yang terbentang dari Sabang hingga Merauke memiliki kekayaan alam yang sangat potensial seperti minyak bumi, batu bara, gas alam, nikel, bauksit, termasuk emas dan perak. Tanah yang subur dan hutan yang lebat menghasilkan kayu yang bernilai ekspor yang sangat besar. Secara keseluruhan luas tanah nusantara dapat dibagi atas tanah pertanian sebesar 10 %, perkebunan sebesar 7 %, hutan dan daerah berhutan sebesar 62 %, serta sisanya padang rumput sebesar 7 %.

Bumi nusantara adalah gugusan pulau, karena itu Indonesia terkenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.Luas lautan melebihi luas daratan, namun bisa dipersatukan didalam satu negara kesatuan Indonesia. Bandingkan dengan pulau-pulau kecil di Samudera Pasifik yang terdiri dari banyak negara-negara kecil seperti Fiji dan sangat sulit dipersatukan dalam satu negara. Bersyukurlah wilayah laut di dalam kepulauan Nusantara tetap bersatu membentuk negara kepulauan terbesar di dunia bernama Indonesia.

Konsekuensi sebagai negara kepulauan maka laut menjadi batas negara. Sengketa antar negara kerap terjadi, utamanya antara Indonesia dengan Malaysia pada kasus Pulau Sipadan dengan Ligitan. Wilayah Indonesia juga berbatasan dengan Negara Papua Nugini di Pulau Papua dan Negara Timor Leste di Pulau Timor serta berbatasan laut dengan Negara Australia.

Tinjauan Masalah

Meski dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia namun belum tentu negara Indonesia disebut Negara Maritim atau Bangsa Maritim. Berapa banyak penduduk Indonesia hidup dari hasil laut atau hidup dari laut dan pernah merasakan melaut atau mengarungi lautan? Tentunya pertanyaan ini dapat mengusik kita sebagai bangsa yang mendiami negara kepulauan tapi tidak mengenal dunia laut. Padahal potensi laut belum terkelola dengan baik sehingga banyak nelayan asing memasuki perairan Indonesia.

Sebuah data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, ada banyak potensi dibidang kelautan dan perikanan yang masih perlu dikembangkan. Potensi sumberdaya kelautan dan Perikanan masih terbuka untuk dikembangkan melalui perikanan tangkap dan budidaya, wisata bahari, pertambangan, transportasi laut, dan pengembangan jasa kelautan lainnya. Pada tahun 2010, kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sektor perikanan terhadap PDB nasional mencapai 3,1 % dan KKP menargetkan kontribusi PDB perikanan terhadap PDB nasional tanpa migas pada tahun 2011 dapat meningkat menjadi 3,5 %. Sedangkan nilai ekspor hingga akhir tahun 2010 diperkirakan mencapai USD 2,79 miliar atau meningkat dibandingkan tahun 2009 sebesar USD 2, 46 miliar. Untuk tahun 2011, KKP menargetkan nilai ekspor produk perikanan dapat mencapai USD 3,2 miliar.

Dalam rangka meningkatkan potensi kelautan dan perikanan didalam wilayah nusantara, pemerintah meluncurkan kebijakan “Revolusi Biru dalam mendorong optimalisasi pengelolaan sumberdaya Kelautan dan Perikanan Nasional. Sosialisasinya ke masyarakat melalui Indonesia’s Blue Revolution Expo & Forum (IBREF) 2011. Kegiatan ini sebagai wahana untuk melakukan perubahan paradigma pembangunan, dari daratan ke lautan serta adanya keseimbangan antara pembangunan daratan dan lautan. IBREF 2011 rencana akandilaksanakan pada pada tanggal 6-9 Oktober 2011 di Jakarta Convention Center dengan tema :”Dengan Semangat Persatuan dan Kesatuan Kita Sukseskan Pembangunan Kelautan dan Perikanan untuk Mensejahterakan Masyarakat”. Tema ini sejalan dengan visi KKP untuk menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar 2015”. Sebelumnya kegiatan IBREF 2010 diikuti oleh 60 negara peserta dari berbagai industri kelautan.

Tantangan sebagai negara maritim adalah meningkatkan minat penduduk Indonesia untuk bergelut pada sektor maritim. Karena pembangunan lebih banyak berorientasi ke darat, maka sektor kelautan relatif tertinggal, padahal sektor tersebut memiliki potensi besar untuk dikembangkan.

Solusi Gagasan

Dalam rangka ketahanan ekonomi nasional dan ketahanan politik nasional, sebagai negara kepulauan seyogyanya mempertimbangkan kebijakan domestic connectivity. Penggalian potensi kelautan dan perikanan bumi nusantara melalui pembangunan antar pulau dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan serta menciptakan pemerataan pembangunan.

Contoh kebijakan domestic connectivityantar pulau yang perlu diperbanyak adalah pembangunan jembatan antarpulau di Batam Kepulauan Riau, pembangunan Jembatan Suramadu, maupun rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda.Sedangkan pada pulau-pulau kecil adalah pembangunan sarana pelabuhan untuk pelayaran antar pulau. Sektor perhubungan laut memegang peranan penting untuk menghubungkan pulau-pulau yang ada di nusantara, termasuk pelayaran rakyat untuk memecahkan terisolasian antar pulau-pulau kecil dan terpencil.

Salah satu wilayah nusantarayang belum banyak dieksplorasi adalah provinsi Maluku yang memiliki banyak pulau-pulau besar dan kecil. Karena keterbatasan akses perhubungan, maka pembangunan antar pulau menjadi terbatas. Misalnya, Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) yang memiliki pulau-pulau penghasil umbi-umbian yang potensial dan melimpah. Namun karena keterbatasan jalur perhubungan, maka belum ada satupun industry yang berdiri di kabupaten kepulauan itu. Kota Saumlaki, ibukota Kabupaten MTB yang berada di Pulau Yamdena dicapai oleh kapal laut yang berlayar dua minggu sekali dengan waktu tempuh 50-60 jam atau kapal perintis dua minggu sekali.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun