Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Cerita Jelang Lebaran: Malam Tumbilotohe

4 September 2011   11:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:15 410 0
[caption id="attachment_129447" align="alignright" width="300" caption="Semarak Malam Tumbilotohe"][/caption] Sejak kecil di Gorontalo, cerita malam lebaran tidak lepas dari kegemerlapan Malam Tumbilotohe yang artinya Malam Pasang Lampu. Tradisi Malam Tumbilotohe diadakan setiap tiga hari jelang lebaran Idul Fitri atau dimulai pada malam Ramadhan ke-27 hingga malam ke-29 atau malam ke-30. Pada tiga malam berturut-turut, secara spontan warga muslim Gorontalo sebanyak 157.074 jiwa (data 2008) memasang lampu minyak berderet di halaman rumah masing-masing sepanjang jalan. Bahkan lampu minyak itu dipasang hingga di pepohonan sehingga terlihat pepohonan itu penuh aneka warna dan meriah.

Tradisi Malam Pasang Lampu dimulai sejak Abad XV ketika warga Gorontalo masih menggunakan wango-wango sebagai alat penerangan. Wango-wango terbuat dari seludang yang dihaluskan dan diruncingkan baru dibakar. Perkembangan berikutnya berubah menggunakan damar (tohetutu) yang mampu menghasilkan nyala api relatif lama dari getah padat. Selanjutnya beralih menggunakan minyak kelapa dengan kapas sebagai sumbunya, sementara wadahnya memakai kima. Pun dikenal Padamala yakni lampu minyak kelapa yang bahan bakarnya air yang diberi pewarna.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun