Sajak Sol Sepatu kepada Manusia
karena aku hanyalah guntingan yang direkat kenangan di sepatumu
maka aku memilih menetap diombang-ambingkan
keberangkatan dan kepulangan
yang merawat jejakmu di jalan-jalan
barangkali beginilah galur kismat menulisku
dalam kitab-kitab semesta, kemampuan manusia berpikir rasional
atau logika yang menempatkanku pada sisi paling nadir
di mana hasrat tualang senantiasa hadir
karena aku hanyalah sebuah potongan yang menetap di tubuh sepatu
maka izinkanlah aku ikut bersamamu
dalam pengembaraan-pengembaraan yang diwafatkan waktu
dan dinisankan kenangan
2013
Menepilah
jika denyut jarum jam telah mengisyaratkan tiba waktu bersujud
maka menepilah, di gigir suara yang menggambarkan lafadz tuhan
pada sekerdipan lampu yang muram
di sebuah mushola pinggir jalan
meskipun engkau tengah asik menakar jumlah perjalanan
atau peluh di cawan-cawan pikirmu
dan begitu enggan untuk diganggu
tapi pesanku, menepilah, menepilah
di mushola atau rumah-rumah tuhanmu
jika namanya begitu nyaring memanggilimu
2013
Ziarah Kembang Kamboja
jangan bertanya pada kelopak-kelopak kamboja yang bergantungan
di langit-langit pemakaman
perihal siapa yang habis dikuburkan
dan siapa yang menangis, ditinggalkan
sebab ia bukanlah penghafal nama-nama
di epitaf-epitaf hunian
para jasad yang terbujur
menemui kefanaan
tetapi, jika kau ingin tahu
sedang di mana diri mereka saat nisan-nisan melumut
dan kesenyapan enggan ditidurkan
barangkali mereka tengah menjatuhkan diri
di atas tubuh pusara
dan membusukkan dirinya
sehabis dibunuh sunyi
memilih terlebih dulu menziarahi
sebelum diziarahi
2013
Pagilaran
hai, pagilaran.
demikianlah kita menyapa gigil
dengan membekap mulut dan perkataan di beku udara ketinggian
dan memilih meneguhkan pandang
pada potong-potong lanskap
: alur jalan setapak, hijau perkebunan, dan elok taman-taman
pada hampar kebun teh, kulihat beberapa kenangan yang dihijaukan
atas nama kesetiaan yang saling bertumbuh dan meliarkan
akar-akarnya
kemudian takdir menghujamkan
hingga batas tanah paling dalam
itu saja yang harus kita kenang dan kekalkan
pada lensa kamera
yang pucat denyarnya. meskipun kau-aku acap diam dan membisu, meskipun kita tak pernah tahu, sampai kapan ingatan akan liar di tanah ketinggian itu, dan
meskipun waktu dan laju kenangan akan begitu cepat bergerak
lalu saling melupakan
2013
Keterangan: untuk yang ingin mengirim silahkan bisa kirimkan puisi min 7 puisi ke  ami.herman@yahoo.com
sertakan biodata dan nomor rekening.