Harapan perubahan dan pembaharuan menjadi benang merah sejarah yang menghubungkan pemuda masa kini dengan pemuda tempo dulu. Harapan agar gerak pemuda terus membaik senantiasa mengelora dalam peringatan sumpah pemuda setiap tahunnya.
Sayangnya dunia pemuda Indonesia saat ini lebih banyak diwarnai oleh tawuran, narkoba, seks bebas serta rasa individualisme yang tinggi. Gelombang generasi model ini benar-benar berbeda dengan generasi pemuda tempo dulu yang menggelorakan semangat sumpah pemuda.
Bahkan data yang berasal dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan sepanjang tahun 2011 ditemukan 339 kasus tawuran, dan dari 339 kasus kekerasan antarpelajar SMP dan SMA ditemukan 82 di antaranya meninggal dunia. Ironis, pemuda tempo dulu meninggal karena memperjuangkan kemerdekaan bangsanya, tapi pemuda masa kini meninggal sia-sia karena tawuran pelajar. Romantisme sumpah pemuda yang menyatukan pemuda dalam semangat satu Tanah Air, satu bangsa dan satu bahasa yang bertempat di jalan Kramat Raya No. 106, Jakarta Pusat, 84 tahun silam, yang sekarang menjadi museum sumpah pemuda, seakan mulai menjadi usang ditelan oleh zaman.
Tidak dapat dimungkiri kondisi Indonesia di masa depan sangat dipengaruhi oleh kondisi pemuda Indonesia saat ini. Pasalnya pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan bangsa. Miris, kata yang tepat menggambarkan kondisi ini, di tengah harapan besar perubahan dan pembaruan akan masa depan Indonesia, kita justru dihadapkan dengan kerusakan-kerusakan karakter pemuda saat ini.
Segera mengembalikan pemuda pada jalan juangnya menjadi harga mati untuk kemajuan bangsa ini. Mewujudkan pemuda yang tajam analisisnya, kritis terhadap kondisi bangsa, piawai memperjuangkan kepentingan rakyat, bermoral serta teguh pada prinsip dan mampu mentrasformasikan gagasannya menjadi solusi permasalahan bangsa adalah contoh kecil harapan masyarakat terhadap pemuda Indonesia yang nantinya diharapkan juga mampu mengubah diri menjadi negarawan baru menggantikan para pelopor sumpah pemuda.
Jika dulu pemuda Indonesia menyatukan diri berhimpun dalam satu gerakan untuk menaklukkan penjajah, maka kini saatnya kita menyatukan diri berhimpun bergerak bersama menciptakan sebuah perubahan yang meskipun kecil tetapi dapat menginspirasi serta menggerakkan orang lain agar segera tercipta Indonesia yang sejahtera. Bergerak tidak hanya mengenang, berbuat tidak hanya mengingat, dan jadilah solusi dari permasalahan tidak hanya sekedar wacana. Semangat sumpah pemuda hanya barang usang jika tidak segera diwujudkan dalam tindakan. Menyatu, berhimpun dalam naungan merah putih, bergerak dalam semangat kebangsaan tanpa kehilangan identitas daerah yang berbeda, benar-benar menjadi seutuh-utuhnya Bhineka Tunggal Ika.
Kuncoro Probojati
@Kunc_pro
http://kampus.okezone.com/read/2012/10/25/367/709430/romantisme-usang-sumpah-pemuda