Mudik lebaran (hari raya Idul Fitri) merupakan salah satu momentum yang paling ditunggu bagi para perantau diseantero Indonesia, segala daya upaya dikerahkan oleh para perantau agar mereka dapat mudik dan berkumpul bersama dengan para keluarga besar mereka di kampung halaman. Kembali ke kampung halaman merupakan sarana para pemudik untuk menunjukkan sisi "manusia yang seutuhnya" pada diri mereka setelah selama diperantauan mereka menjadi hamba-hamba pekerja (homo economicus). Maka tidaklah heran ketika mereka pulang kekampung halaman mereka seolah-olah menjadi manusia baru yang lepas dari berbagai kebiasaan mereka diperantauan, mereka menjadi manusia yang konsumtif, manusia yang lebih religius, manusia yang memiliki jiwa sosial yang tinggi, dan satu lagi mereka menjadi manusia yang kembali ke akar budaya dan adat mereka. Selayaknya yang dinyatakan oleh Erving Goffman dalam bukunya yang berjudul “The Presentational of Self in Everyday Life” memperkenalkan konsep dramaturgi yang bersifat penampilan teateris.Menurut interaksi simbolik, manusia belajar memainkan berbagai peran dan mengasumsikan identitas yang relevan dengan peran-peran ini, terlibat dalam kegiatan menunjukkan kepada satu sama lainnya siapa dan apa mereka. Dalam konteks demikian, mereka menandai satu sama lain dan situasi-situasi yang mereka masuki, dan perilaku-perilaku berlangsung dalam konteks identitas sosial, makna dan definisi situasi. Presentasi-diri seperti yang ditunjukan Goffman, bertujuan memproduksi definisi situasi dan identitas sosial bagi para aktor, dan definisi situasi tersebut mempengaruhi ragam interaksi yang layak dan tidak layak bagi para aktor dalam situasi yang ada.