Hitung... Aku Dua berlari
Bertambah kian mendaki
Siapa pengikutku selusin bulan ini?
Benarkah itu kau Tujuh?
Tunggu... Ternyata memang kau?
Yang dia harap nanti
Terasa akan semakin terwujud
Kau, ya memang kau...
Lihatlah Tujuh, dia pemilik kita
Dia mengandalkan kita
Kalau aku tidak lagi bersanding denganmu
Dia selamat. Jika tidak.
Ya tamat.
Kau tahu Tujuh, apapun buram dipikirannya
Apakah kau akan terus kusanding, dan menjadi penanda hidupnya
Atau kau akan pergi, seperti kawan Tujuh lainnya
Tambah lagi, satu dan satu
Tapi, begitulah dia berkata
Suram buram siram malam
Gelap kertap kalap meriap
Tak bisa dia mengharap
Apaapa saja, hanya kini
Nah, kau harus tahu Tujuh
Sesungguhnya dia Takut
Dia kusut marut purut
Aku tahu dia tak sanggup
Gugup susup tutup
Dia tak berdaya
Hanya menanti kala
Tengah siap hati bala
Agar datang mala
Dia tak berduka
Sudah, usah kau bersalah Tujuh
Bukan karena kau
Kramat, jimat lumat
Pasti semat
Aku Dua, hanya bisa tunggu
Sambil sesekali hitung
Mundur,
Kalau tidak ya
Tidur,
Baiklah, kemari Tujuh
Duduk
Bersama, menanti peniup
Beduk
Maka, jika detakdetik sunyi
Dan kau Tujuh tak beranjak
Kita akan abadi
Bersama dia, tak berjarak
-Tengah, 19th November 2013-