Pemuda adalah elemen utama yang melahirkan momen-momen penting pada sejarah peradaban manusia dari masa ke masa . Tidak hanya Indonesia, di berbagai negara pun pemuda selalu menjadi tokoh utama perubahan bangsa.
Muhammad Al Fatih yang masih terbilang muda ketika berhasil memperbesar pengaruh Turki Utsmaniah di abad ke-15. Dengan piawai ia menata Turki yang ketika itu adalah kekuatan adidaya tak tertandingi. Ia baru berusia 21 tahun ketika bersama pasukannya tiba di Konstantinopel yang kini dikenal dengan nama Istanbul. Sebagai raja yang memimpin pasukan perang, Fatih tahu benar bahwa perang yang sedang dihadapinya bukanlah perang agama. Ia tak merusak simbol-simbol agama Nasrani di Konstantinopel, sebaliknya ia menjaga bangunan-bangunan itu dan memberikan kebebasan kepada kaum Nasrani dan umat agama lain untuk tetap memeluk dan menjalankan ibadah agama mereka.
Sejarah Bangsa Indonesia, dimulai dari kebangkitan nasional yang menumbuhkan rasa nasionalisme guna meraih kemerdekaan Indonesia sehingga Bung Karno pernah berkata "Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 Pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia"
Tetapi yang menjadi pertanyaan fundamental apakah Pemuda saat ini mampu bertanggung jawab atas mandat yang diembannya?
Dengan hilangnya kesadaran yang terbangun dalam diri Pemuda dan minimnya literasi akan mustahil jika masyarakat mengharapkan gerakan revolusioner dari Pemuda di tengah Elienasi, dehumanisme dan ketimpangan masyarakat yang marjinal.
Apalagi dengan isu yang diatur secara sistematis dan kondusif, seakan akan untuk rakyat, padahal hanya untuk kepentingan komoditas politik.
Seharusnya dengan hadirnya Karang Taruna di desa-desa sebagai lokomotif penggerak yang basisnya sebagian adalah mahasiswa pun mantan mahasiswa harus mampu melahirkan ruang mediasi intelektual agar Pemuda mempunyai dasar intelektual  dan bacaan yang jelas untuk membangun gerakan revolusioner yang masif, karna akan mustahil jika kita menganalisis arah sosial tanpa adanya gagasan yang terbentuk dialektika dan pergelutan dengan buku.
Tapi kembali lagi jika tidak ada kesadaran yang dibangun dalam diri setiap individu. Ali Shariati dalam bukunya Ideologi Revolusi Islam "yang harus di bangun terlebi dahulu adalah kesadaran diri atas situasi dan kondisi saat ini".
Karna nihil, nisbih dan nol besar, akan termaktub dalam sejarah jika tidak ada kesadaran yang dibangun terlebih dahulu.