Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Tak Ada yang Normal Saat Hidupmu Selalu Memikirkan Akan Berada di Surga yang Kekal

28 November 2019   15:10 Diperbarui: 28 November 2019   15:23 78 4
Jujur, sangat minim hal yang mengendap di kepalaku dari pelajaran-pelajaran saat di pendidikan tinggi dulu. Tipe yang belajar cuma sebatas persiapan ujian lalu pasca naruh kertas ujian dan keluar ruangan materinya dilupakan, itu kebiasaaan masa jahiliah dulu. Tapi, ada satu ilmu yang mengakar keras bagai batu karang di batok kepala lemahku ini. Bukan ilmu sih, lebih seperti pedoman, petuah buat jalanin hidup. Dan petuah itu begitu sederhana, hanya terdiri dari dua kata: memanusiakan manusia.

Tanpa perlu masuk ke jurusan berbau ilmu budaya pun pastinya kalian sudah paham soal itu, kan? Bagaimana kita nganggap diri sendiri dalam ukuran sepatu orang lain, dari sudut pandang orang yang berbeda. Teorinya sih gampang.

Prakteknya? Kayaknya butu seumur hidup, bro, buat bener-bener ngelakuin itu.

Gini aja deh, gua punya teori. Teorinya selaras sama obrolan ini, kok, soal memanusiakan manusia itu, jadi gak usah dibikin belibet juga. Jadi, kita ini cuman nganggap orang lain itu beneran 'orang' hanya saat kita nganggap mereka itu sama sucinya, atau sama baiknya, sama kita, dan kehadiran mereka mempermudah jalan kita buat naik ke Surga.

Kok tiba-tiba arah racauan lo nikung ke Surga, sih bro? Sederhana, karena menurut gua, tindakan yang dibikin mayoritas orang itu secara sadar ato gak sadar punya satu tujuan utama, yaitu mempermulus jalan mereka buat dapetin kebahagiaan abadi di alam akhirat sana. Jangan munafik deh. Orang sembahyang, nolong orang miskin, bahkan punya anak sekalipun, pasti tujuan paripurnanya gak jauh dari situ, soal urusan Surga itu. Termasuk gimana mereka nganggep orang lain.

Gampangnya gini, ada orang yang begitu antinya buat dideket-deketin sama banci, atau PSK, ato orang dari agama lain ato yang suku dan warna kulitnya gak sama. Dan di sisi lain, mereka gak keberatan buat satu layar bareng imam dari agama yang sama namun di jalur konservatif, seberapapun ekstrimnya jalur pikiran sang imam. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun