Kecil-kecil cabe rawit. Perumpamaan itu cocok bagi telepon seluler (ponsel) BlackBerry (BB) Curve 8900 yang biasa disebut Javelin. Meski hanya kamera di ponsel, tapi cukup mumpuni pada resolusi 3,2 megapiksel. Saya sering tergelitik dengan pertanyaan untuk mengkonfirmasi bahwa foto bagus harus dihasilkan kamera besar dan bagus. Kamera profesional, begitu kira-kira sebutannya. Padahal untuk membuat foto bagus tak perlu pakai kamera mahal. Berikut ini saya bagikan pengalaman memotret dengan kamera pada ponsel BB Javelin. Semua tanpa sedikitpun sentuhan editing komputer. Saya upload ke Kompasiana pada ukuran asli, dan di-resize otomatis oleh server Kompasiana.
Sudut Pengambilan & Komposisi [caption id="attachment_43886" align="aligncenter" width="500" caption="The Beauty of Toba Lake. Pemandangan di Desa Silalahi, Silahisabungan, Dairi, Sumatra Utara. Waktu pemotretan pagi hari, sehingga tak terlalu terkendala dengan pencahayaan. Cukup memilih angle yang tepat sehingga mendapat komposisi fotografi yang apik. Kamera: BlackBerry Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Ide Sederhana [caption id="attachment_43846" align="aligncenter" width="500" caption="On Their Own. Ide foto cukup sederhana,tapi visualisasi mesti menarik dalam ramuan komposisi fotografi yang sedap dipandang. Foto ini dibuat di bagian keberangkatan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Foto Interior [caption id="attachment_43848" align="aligncenter" width="500" caption="My Room in Surabaya. Foto interior menjadi salah satu tantangan memotret dengan kamera ponsel, mengingat cahaya yang minim. Tantangan lainnya adalah rentang beda kontras (dynamic range) yang terbatas. Tapi di foto ini saya berhasil memperoleh ambient light di ruangan dengan baik, sekaligus nuansa kebiruan senja hari di jendela. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Pencahayaan [caption id="attachment_43850" align="aligncenter" width="500" caption="White Orchid. Dalam memotret, hal paling penting adalah pencahayaan. Di foto ini, bunga anggrek putih saya foto memanfaatkan cahaya dari belakang subyek yang dalam fotografi disebut back light. Agar efektif, back light dipadukan dengan latar belakang berwarna gelap. Kebetulan situasi di sebuah hotel di Yogyakarta ini cukup apik dan tamannya ditata menarik. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Indoor dengan Flash [caption id="attachment_43852" align="aligncenter" width="500" caption="Veteran. Dalam situasi indoor, aktifkan flash untuk mengatasi situasi minim cahaya. Perhatikan, subyek tak bisa terlalu jauh karena kemampuan flash di kamera ponsel tak memadai. Foto ini saya buat dalam sebuah acara fotografi di Surabaya yang berkaitan dengan Hari Pahlawan, November 2009. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Indoor Tanpa Flash [caption id="attachment_43855" align="aligncenter" width="500" caption="FNPD. Terkadang situasi pencahayaan dalam ruangan sudah dibuat sedemikian rupa agar apik dengan warna-warninya. Dalam hal demikian, matikan fungsi flash agar kamera bisa merekam cahaya ambient. Foto ini dibuat di acara gathering anggota Fotografer.net di sebuah tempat di Surabaya. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Danto"][/caption]
Komposisi [caption id="attachment_43857" align="aligncenter" width="500" caption="Sibuk Sendiri. Subyek yang menarik ada di sekitar kita. Dalam sebuah acara jalan-jalan akhir pekan bersama teman saya Kusri, kebetulan melewati elemen interior menarik di sebuah pusat perbelanjaan di Yogyakarta. Flash di-nonaktif-kan untuk merekam cahaya ambient. Garis-garis di latar belakang dimanfaatkan untuk menyusun komposisi diagonal. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Food Photography dengan Side Light dan Back Light [caption id="attachment_43861" align="aligncenter" width="500" caption="Sarapan Pagi. Memotret makanan jangan sembarangan, karena alih-alih menerbitkan selera nanti malah menghilangkan nafsu makan. Matikan flash di kamera agar bisa merekam cahaya yang ada di tempat (ambient light). Perhatikan arah datang cahaya, agar dimensi lebih muncul manfaatkan cahaya dari samping (side light) dan dari belakang (back light). Susun properti pendukung makanan secara logis tapi dalam susunan yang sedap dipandang agar menerbitkan air liur pemirsa foto. Saya memilih meja sarapan pagi di restoran sebuah hotel di Surabaya yang dekat jendela agar memperoleh siraman sinar matahari pagi. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Rekam Detail [caption id="attachment_43864" align="aligncenter" width="500" caption="Pempek Lenggang. Memotret makanan tak harus menampilkan porsi makanan secara utuh. Pilih detail yang menarik didukung dengan properti yang logis sehingga menerbitkan selera pemirsa foto. Di sebuah warung makan pempek di Yogyakarta ini cahaya ruangan sebenarnya kurang memadai. Meski tak ada jendela untuk memperoleh sinar matahari, flash tetap saya matikan agar mendapat cahaya ruangan yang lembut. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Eksterior Bangunan [caption id="attachment_43865" align="aligncenter" width="500" caption="Sunset in Malang. Memotret eksterior ada baiknya memperhatikan waktu pemotretan. Saat petang hari, langit senja yang membias lembayung tentu apik dipadukan dengan lampu-lampu yang sudah dinyalakan. Kebetulan saya memperoleh kamar di posisi yang tepat ketika menginap di sebuah hotel di Malang, Jawa Timur. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Detail Eksterior [caption id="attachment_43866" align="aligncenter" width="500" caption="Cozy Pool. Sama seperti foto makanan, foto eksterior pun tak harus merekam keseluruhan bangunan. Detail bisa lebih berbicara banyak dan membuat tampilan foto lebih sederhana agar lebih mudah dinikmati pemirsa foto. Penataan taman dan eksterior di sebuah hotel di Malang, Jawa Timur kebetulan memang sudah digarap serius. Tinggal merekam suasanya saja dan meramunya dalam komposisi diagonal agar sedap dipandang. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Suasana dari Ketinggian [caption id="attachment_43870" align="aligncenter" width="500" caption="View to Semeru. Dalam keadaan cahaya berlimpah, tak sulit untuk membuat foto bagus. Apalagi jika langit biru dan dapat subyek yang menarik. Ketika berkunjung ke Malang, Jawa Timur saya mendapati pintu kamar menghadap ke Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. Tinggal memilih waktu yang tepat di pagi hari, agar mendapat cahaya samping (side light) yang menampilkan dimensi. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Suasana Dramatis Seperti Aslinya [caption id="attachment_43874" align="aligncenter" width="500" caption="Jakarta Sky From 22nd Floor. Langit kerap kali tampil dramatis. Perkaranya adalah merekamnya dalam exposure yang pas agar tak terlalu terang dan terlalu gelap. Dari kamar saya di lantai 22 di Jakarta, langit sebuah petang hari kebetulan memamerkan awan yang bak disapukan kuas cat pelukis. Kamera di ponsel sudah memiliki pengukur cahaya otomatis, dan "preview"-nya bisa dilihat "real time". Saya minimalisir porsi gedung-gedung agar foto tidak terlalu terang (over-exposed) dan menambah porsi langit agar detail awal terekam baik. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Teknik Panning [caption id="attachment_43875" align="aligncenter" width="500" caption="Panning. Dalam fotografi ada teknik panning, yakni menggunakan slow shutter speed untuk obyek bergerak dan ketika memotret kamera ikut bergerak pula mengikuti gerakan subyek. Berhubung kamera di HP tidak bisa mengatur shutter speed secara manual, maka saya asumsikan cahaya di ruangan cukup minim sehingga kamera sudah mengeset secara otomatis shutter speednya. Perkara fokus tinggal diserahkan saja ke kamera, dengan cara menekan tombol memotret. Pada saat menekan tombol, keadaan kamera sudah dalam mengikuti gerakan subyek. Ada jeda waktu yang disebut "shutter lag" yang harus diperhatikan, dan kamera tetap mengayun mengikuti gerakan subyek. Foto ini saya buat ketika sedang menjadi pembicara sebuah workshop fotografi yang digelar sebuah operator seluler di kantornya di Yogyakarta. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Landscape dengan Lensa Lebar [caption id="attachment_43878" align="aligncenter" width="500" caption="Sunset in Tigapanah. Dalam perjalanan pulang memotret Danau Toba di Tongging kembali ke Medan, Sumatra Utara saya dan rekan-rekan seperjalanan menjumpai langit senja yang cantik. Agar memperoleh exposure yang tepat, minimalkan porsi tanah atau daratan agar foto tidak terlalu terang (over-exposed). Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Landscape dengan Lensa Tele [caption id="attachment_43880" align="aligncenter" width="500" caption="Sky on Fire. Memotret landscape tak harus pakai lensa lebar. Justru dengan lensa tele kita bisa membuat perspektif lebih sempit dan menambah impresi foto. Perhatikan elemen-elemen pendukung yang bisa mempercantik foto, seperti batang bambu yang saya temukan ketika memotret langit senja di Tiga Panah, dalam perjalanan pulang dari memotret di Tongging kembali ke Medan, Sumatra Utara. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption]
Mendokumentasikan Suasana dengan Sentuhan Artistik [caption id="attachment_43883" align="aligncenter" width="500" caption="My Shooting Buddy. Subyek foto ada di mana-mana. Bahkan mendokumentasikan sesuatu pun bisa disajikan secara apik. Dalam perjalanan dari Tongging ke Medan, sepulang dari Danau Toba, saya dan rekan-rekan memotret langit senja yang apik di Tigapanah. Rekan-rekan yang sedang memotret saya dokumentasikan dengan tujuan merekam kisah perjalanan saya dalam foto-foto yang apik. Dan, tentu saja, teman-teman seperjalanan jadi senang karena dapat foto ketika sedang bergaya dengan kamera dan lensa mereka. Berbuat baik bagi sesama amat mudah dengan kamera kita dan foto-foto yang kita buat. Kamera: BB Curve 8900 Javelin. Foto oleh: Kristupa Saragih"][/caption] Seandainya ada waktu dan tempat yang cukup, masih ada banyak foto yang bisa di-share. Foto-foto yang saya sajikan di sini, sekali lagi ditekankan, tanpa sentuhan editing digital sedikit pun. Upload ke Kompasiana dalam ukuran asli, dan di-resize otomatis oleh server Kompasiana. Jika Anda berminat memotret dengan kamera saku, saya sudah pernah menuliskan beberapa hal di posting saya sebelum ini:
Pakai Kamera Saku Juga Bisa Membuat Foto Bagus. Foto bagus bukan soal alat, kamera yang canggih atau piranti yang mahal. Memang benar, kamera yang bagus mempermudah fotografer membuat foto bagus. Tapi belum tentu kamera canggih menghasilkan foto ciamik, jika pemotretnya tidak mengerti menggunakannya. Modal membuat foto bagus cukup sederhana. Ada mata yang jeli melihat subyek menarik. Lantas, ada hati dan rasa yang bisa merekam suasana dan mendekati subyek dengan penuh perhatian. Kemudian semuanya dipadukan di benak yang meramu hal-hal teknis dan non-teknis agar bisa tampil artistik. Mata, hati dan otak.
KEMBALI KE ARTIKEL