Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya Romo datang juga. Wajah mudanya diperlihatkan kepada barisan jompo yang tengah menunggunya sedari tadi. Sosok muda ini dengan penuh semangat menyapa mereka satu persatu. Tidak lama kemudian, semuanya hening tanda doa sudah mulai yang di pimpin oleh Rm. Fridolinus Talan, Pr selaku pastor paroki St Bernardus Naekake.
Canda gurau menemani mereka setelah menerima komuni dan canda tawa pecah dalam rumah akibat cerita lelucon yang di buat oleh orang-orang tua, sebagai tanda keakraban Romo Fridus Talan sebagai pastor baru ini. Kopi hangat, ubi kayu di temani dengan sambal goreng yang di hidangkan dalam perjamuan bersama siang ini tepatnya di rumah Bapak Maximus Ceunfin.
Aku hanya berdiri mematung sesekali tertawa kecil atas canda yang di buat-buat. Aku terdiam sambil menyaksikan keakraban dan keasyikan yang tengah di alami oleh orang-orang yang berada di dalam rumah ini. Tidak ada sama sekali dari mereka semua, walaupun rambut sudah putih, gigi sudah ompong, jalannya sudah tidak betul, apalagi soal pendengaran yang tidak jelas. Namun, itu tidak menjadi kendala bagi mereka karena mereka sendiri merasa bahagia dan bersemangat bisa terima tubuh Kristus, dan juga bisa berbagi cerita dengan pastor paroki yang memiliki semangat muda.
Semuanya berjalan beriringan mengikuti langkah pastor paroki setelah melewati banyak kisah dan cerita dalam ruang kecil ini. (Desy Ceunfin)