"Saya kakak!", pekik seorang anak laki-laki berkulit hitam berkaos putih dengan pakaian khas Papua berupa rumbai-rumbai di bagian bawah tubuhnya dan hiasan di kepalanya sambil mengacungkan tangannya tinggi-tinggi berharap agar dilihat dan dipanggil untuk naik ke atas panggung.
"Nama saya Karel dari Papua dan saya di sini mau bernyanyi", lanjutnya tanpa rasa gugup sedikit pun ketika ditanya oleh MC apa yang hendak dipertontonkannya di atas panggung.
“Saya mau ajak teman saya kakak untuk bermain gitar, bolehkah?”, katanya kemudian. Di bawah panggung seorang anak laki-laki lantas membuka jaket merah yang dikenakannya, lalu berlari ke sana ke mari mencari sebuah gitar untuk dipinjam.
Alunan gitar bersenandung dan Karel pun bernyanyi.
“Indonesia tanah air beta, pusaka abadi nan jaya”, baru satu baris lagu dinyanyikan, sontak membuat bulu kudukku bangun, membuat jiwa ini menangis sendu. Selain suara Karel yang memang cukup indah tetapi ada makna mendalam di balik lagu yang dibawakannya.
Kunikmati lagu tersebut sampai akhir dan ketika petik senar gitar berakhir, Karel dan kawannya mendapat sambutan luar biasa yang ditandaidengan riuhnya tepuk tangan dari ratusan anak-anak dan orang dewasa yang hadir di acara itu. Ya, ku hadir di acara Galeri SUARA Indonesia yang diadakan oleh Wahana Visi Indonesia mitra dari World Vision International, sebuah acara yang mengumpulkan puluhan anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia binaan WVI untuk berbagi bersama, belajar dan unjuk diri menyuarakan tentang siapa sebenarnya anak-anak Indonesia itu.
Lalu terlintas pikiran ini di kepalaku.
Di tengah ramainya perbincangan banyak orang, lalu tulisan-tulisan di media cetak nasional dan luar negeri yang sebagian besar berita menyebut tentang kemerdekaan Papua dan kekerasan yang kerap terjadi di sana, bahkan yang terbaru soal pergunjingan kala dibukanya perwakilan OPM (Organisasi Papua Merdeka) di Inggris, kemudian muncul sosok seorang Karel, anak laki-laki lugu yang dengan gagah berani menyanyikan lagu « Indonesia Tanah Air Beta », yang mencoba dengan semangatnya meyakinkan mereka yang hadir bahwa Papua tetaplah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Masih di pikiranku terngiang, andai saja kalian orang-orang tua yang keras kepala menuntut kemerdekaan, andai saja kalian manusia-manusia yang sok pintar mau merongrong indahnya Pancasila, andai saja kalian yang selalu membuat pertikaian ada di sana saat itu, akankah hati kalian tergerus melihat Karen dan kawan-kawannya bernyanyi ? Akankah ada sedikit perubahan jiwa dalam diri kalian ?
Mungkin.
Atau tidak sama sekali.
Tapi setidaknya Karel dan kawan-kawannya sudah merubah pandanganku tentang bagaimana orang Papua itu sebenarnya. Papua dengan segala kelebihan dan kekurangannya adalah bagian dari negara Indonesia, itu pesan dari Karel.