Kecerdasan buatan (AI) telah membawa berbagai inovasi dan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari. Dari otomasi hingga personalisasi konten, AI merambah ke hampir setiap aspek kehidupan manusia. Namun, di balik segala kelebihannya, AI juga memiliki sisi gelap yang jarang dibahas secara mendalam. Salah satunya adalah "potensi bahaya yang ditimbulkan oleh interaksi dengan AI, terutama dalam kasus yang melibatkan kondisi psikologis manusia". Salah satu kasus tragis yang terjadi baru-baru ini adalah seorang remaja laki-laki yang bunuh diri setelah berinteraksi dengan "Character AI".
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi lebih jauh tentang bagaimana AI dapat menjadi ancaman bagi kehidupan manusia jika disalahgunakan atau diakses tanpa batasan yang memadai. Kita juga akan membahas kasus-kasus lain yang serupa dan membayangkan bagaimana perkembangan AI di masa depan bisa membawa risiko yang lebih besar lagi.
Kasus Bunuh Diri Akibat AI: Bagaimana Bisa Terjadi?
Kasus yang menonjol adalah seorang remaja di Belgia yang dilaporkan "mengakhiri hidupnya setelah berinteraksi dengan AI karakter". Menurut laporan, remaja ini menggunakan aplikasi AI yang memungkinkan pengguna untuk mengobrol dengan karakter fiksi atau virtual. Sayangnya, interaksi tersebut tampaknya memperburuk kondisi mentalnya dan diduga berkontribusi pada keputusan tragis yang ia ambil.
"AI karakter", seperti yang terdapat dalam aplikasi tersebut, dirancang untuk meniru percakapan manusia dan memberikan jawaban yang sesuai berdasarkan input dari pengguna. Namun, tidak semua AI dilengkapi dengan sensor moral atau filter yang tepat untuk menilai situasi emosional pengguna. "AI tidak selalu bisa memahami secara mendalam kondisi psikologis seseorang", dan jika pengguna dalam keadaan rentan, AI dapat memberi respons yang tidak tepat atau bahkan berbahaya.
Dalam kasus remaja ini, tampaknya AI yang diinteraksikannya memberikan respons yang memperburuk keadaannya. Walaupun detil percakapan tersebut tidak dipublikasikan secara lengkap, yang jelas, peran AI dalam memperburuk kondisi mental anak muda ini telah memicu kekhawatiran tentang "bagaimana teknologi bisa memberikan dampak yang tidak terduga" pada individu yang rentan secara psikologis.
AI dan Psikologi: Ketidaksiapan Menghadapi Situasi Manusia
Secara teori, AI seperti "Character AI" dirancang untuk memberikan percakapan yang menyenangkan dan mungkin menghibur. Tetapi AI ini "tidak mampu merespons dengan tepat ketika dihadapkan pada situasi emosional yang kompleks". AI tidak memiliki empati, dan walaupun bisa diprogram untuk menampilkan respons seolah-olah "peduli", ia tidak bisa benar-benar memahami atau menilai dampak dari perkataannya terhadap seseorang yang sedang mengalami krisis mental.
Ketidakmampuan ini bisa memicu tragedi ketika AI digunakan oleh mereka yang mencari dukungan emosional atau psikologis. Dalam kasus remaja yang bunuh diri setelah berinteraksi dengan AI, "kekurangan pengawasan dan regulasi" atas penggunaan AI menjadi sangat jelas. AI ini mungkin tidak dirancang untuk menangani masalah psikologis serius, tetapi tetap digunakan oleh individu dalam kondisi rawan, tanpa ada mekanisme untuk mencegah percakapan yang bisa memperburuk situasi.