Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Marah-Marah & IQ Jeblok

2 Oktober 2024   12:07 Diperbarui: 2 Oktober 2024   12:12 56 0

MARAH-MARAH dan IQ JEBLOK

Marah Apakah Wajar?

Marah adalah salah satu emosi dasar yang dimiliki oleh setiap manusia. Dalam konteks psikologis, marah dapat dianggap sebagai reaksi terhadap situasi yang dianggap tidak adil atau mengancam. Emosi ini sering muncul sebagai respons terhadap ketidakpuasan, frustrasi, atau rasa sakit, baik fisik maupun emosional. Namun, apakah marah itu wajar? Jawabannya adalah ya, marah adalah reaksi manusiawi yang normal. Dalam kitab-kitab suci seperti Al-Qur'an dan Alkitab, marah diakui sebagai bagian dari pengalaman manusia. Misalnya, dalam Al-Qur'an, Allah mengingatkan kita untuk bersabar dan tidak membiarkan kemarahan menguasai tindakan kita (Surah Al-Baqarah 2:153). Demikian pula, dalam Alkitab, kita diajarkan untuk "cepat mendengar, lambat berkata-kata, dan lambat untuk marah" (Yakobus 1:19).

Namun, penting untuk memahami bahwa marah yang tidak terkendali dapat memiliki konsekuensi yang merugikan. Marah yang berlebihan atau tidak terkelola bisa berdampak pada kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang.

Memahami Marah sebagai Mekanisme Pelepasan Katup Pengaman

Marah dapat dipahami sebagai mekanisme pelepasan tekanan. Seperti katup pengaman pada mesin, kemarahan membantu kita untuk mengatasi dan melepaskan tekanan emosional. Menurut Thich Nhat Hanh dalam bukunya *Anger: Wisdom for Cooling the Flames*, kemarahan sering kali muncul sebagai respons terhadap rasa sakit atau ketidakadilan. Dengan mengakui dan memahami sumber kemarahan, kita dapat lebih baik mengelolanya.

Proses ini melibatkan refleksi diri untuk memahami apa yang memicu kemarahan. Misalnya, frustrasi dalam pekerjaan atau konflik interpersonal dapat memicu kemarahan. Dalam konteks ini, penting untuk tidak menekan atau mengabaikan perasaan marah kita, tetapi belajar untuk mengekspresikannya dengan cara yang sehat dan konstruktif.

Akibat Marah Tak Terkendali

Kemarahan yang tidak terkelola dapat memiliki berbagai dampak negatif. Menurut studi yang diterbitkan dalam Journal of Emotional Abuse, kemarahan yang berlebihan dapat merusak hubungan interpersonal dan menyebabkan stres emosional. Ketika marah, individu sering kali kehilangan kendali atas tindakan dan kata-kata mereka, yang dapat menyebabkan penyesalan dan rasa bersalah setelahnya.

Lebih jauh lagi, kemarahan dapat memengaruhi kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa marah secara kronis dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kadar hormon stres dalam tubuh yang dihasilkan saat seseorang mengalami kemarahan. Dengan demikian, penting untuk mengelola kemarahan dengan baik agar tidak berujung pada konsekuensi yang merugikan.

Pengaruh Marah pada IQ Seseorang

Salah satu efek yang kurang diketahui dari kemarahan adalah dampaknya terhadap kecerdasan seseorang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemarahan dapat menurunkan fungsi kognitif, termasuk IQ. Dalam keadaan marah, otak kita mengalami perubahan fisiologis, seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, yang dapat mengganggu kemampuan berpikir jernih.

Penelitian yang diterbitkan dalam *Psychological Bulletin* menunjukkan bahwa emosi negatif seperti kemarahan dapat mengganggu proses pengambilan keputusan. Ketika seseorang marah, mereka cenderung membuat keputusan impulsif yang tidak mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Ini menunjukkan bahwa mengelola kemarahan dengan baik tidak hanya bermanfaat untuk hubungan sosial, tetapi juga untuk kinerja kognitif individu.

Cara Marah yang Baik

Mengelola kemarahan dengan baik adalah keterampilan penting dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa strategi untuk mengekspresikan kemarahan secara positif meliputi:

1. Berbicara dengan Tenang: Alih-alih meluapkan kemarahan dengan teriakan atau kata-kata kasar, coba sampaikan perasaan Anda dengan tenang. Ini tidak hanya membantu Anda untuk tetap tenang, tetapi juga memudahkan orang lain untuk memahami perspektif Anda.

2. Mendapatkan Jarak: Jika Anda merasa marah, beri diri Anda waktu untuk merenung sebelum bereaksi. Jarak fisik dari situasi yang memicu kemarahan dapat membantu meredakan emosi.

3. Berolahraga: Aktivitas fisik dapat menjadi cara yang efektif untuk melepaskan ketegangan dan kemarahan. Berjalan, berlari, atau berolahraga dapat membantu mengeluarkan energi negatif.

4. Menulis: Mengungkapkan perasaan melalui tulisan dapat membantu Anda memproses kemarahan dan menemukan solusi untuk masalah yang mendasarinya.

5. Berlatih Mindfulness: Teknik meditasi dan mindfulness dapat membantu meningkatkan kesadaran diri dan mengurangi reaktivitas emosional.

Lebih Baik Marah atau Sabar?

Pertanyaan ini sering kali muncul dalam kehidupan sehari-hari. Sabar sering dianggap sebagai kebajikan yang lebih tinggi daripada marah. Dalam banyak tradisi, termasuk dalam ajaran agama, sabar dipandang sebagai tindakan yang lebih mulia. Namun, marah juga memiliki perannya dalam mengkomunikasikan kebutuhan dan batasan kita.

Mengapa sabar lebih dianjurkan? Sabar membantu kita untuk mengambil langkah mundur dari situasi yang memicu kemarahan dan memberikan waktu untuk berpikir jernih. Dengan bersabar, kita dapat merespons dengan lebih bijaksana, menghindari konflik yang tidak perlu, dan menjaga hubungan yang sehat.

Dalam Al-Qur'an, Allah mendorong umat-Nya untuk bersabar dalam menghadapi ujian dan kesulitan. Alkitab juga mengingatkan kita bahwa "sabar itu baik" (Roma 5:3-4).

Pandangan Agama terhadap Marah dan Sabar

Baik dalam Islam maupun Kristen, ada penekanan yang kuat pada pentingnya sabar dan pengendalian diri. Dalam Islam, sabar adalah salah satu karakteristik yang sangat dihargai. Allah berjanji untuk bersama dengan orang-orang yang sabar (Surah Al-Baqarah 2:153).

Demikian pula, dalam tradisi Kristen, marah dilihat sebagai emosi yang harus dikelola dengan hati-hati. Dalam Efesus 4:26, kita diajarkan untuk "marah tetapi jangan berbuat dosa," menunjukkan bahwa kemarahan bisa menjadi sinyal untuk bertindak, tetapi tindakan kita harus tetap dalam batas-batas moral dan etika.

Kedua tradisi mengajarkan bahwa kemarahan yang tidak terkelola dapat mengarah pada perilaku destruktif dan bahwa sabar merupakan kunci untuk membangun karakter yang baik dan hubungan yang sehat.

Mengelola Kemarahan dengan Baik

Mengelola kemarahan adalah keterampilan penting yang perlu dipelajari dan dipraktikkan. Beberapa langkah untuk mengelola kemarahan dengan baik antara lain:

1. Identifikasi Pemicu: Kenali situasi atau orang yang memicu kemarahan Anda. Dengan memahami pemicu, Anda dapat merencanakan respons yang lebih baik di masa depan.

2. Gunakan Teknik Relaksasi: Ketika Anda mulai merasa marah, coba gunakan teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam atau meditasi, untuk menenangkan pikiran dan tubuh.

3. Bicarakan Perasaan Anda: Berbicaralah dengan seseorang yang Anda percayai tentang perasaan Anda. Ini dapat membantu Anda mendapatkan perspektif yang berbeda dan merasa didukung.

4. Terapkan Empati: Cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain. Ini dapat membantu Anda untuk memahami mengapa mereka bertindak seperti itu dan mengurangi kemarahan Anda.

5. Bersikaplah Proaktif: Alih-alih menunggu kemarahan muncul, cobalah untuk mengantisipasi situasi yang dapat memicu kemarahan Anda dan merencanakan respons yang lebih baik.

Marah, Sabar, dan Intelegensi Emosi

Keterampilan mengelola kemarahan dan bersabar sangat terkait dengan intelegensi emosional (IE). Intelegensi emosional adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Orang dengan intelegensi emosional yang tinggi cenderung lebih baik dalam mengelola kemarahan mereka, karena mereka dapat mengenali perasaan mereka, memahami penyebabnya, dan mengekspresikannya dengan cara yang sehat.

Studi menunjukkan bahwa individu dengan intelegensi emosional yang tinggi mampu mengendalikan kemarahan mereka dengan lebih efektif, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik dan menjaga hubungan yang lebih sehat. Dengan demikian, mengembangkan intelegensi emosional dapat menjadi alat yang sangat berharga dalam mengelola kemarahan dan berlatih kesabaran.

Kesimpulan

Marah adalah emosi yang wajar dan dapat dimengerti, tetapi penting untuk mengelolanya dengan baik agar tidak berdampak negatif pada diri sendiri dan orang lain. Memahami marah sebagai mekanisme pelepasan katup pengaman, serta mengenali akibat dari marah tak terkendali, dapat membantu kita lebih bijaksana dalam bereaksi.

Dengan menerapkan cara-cara untuk marah yang baik dan lebih memilih sabar, kita dapat menjaga kesehatan mental dan fisik, serta meningkatkan intelegensi emosi.(KH)

SUMBER & BACAAN LANJUTAN

Anger: Wisdom for Cooling the Flames** oleh Thich Nhat Hanh

The Dance of Anger oleh Harriet Lerner

Emotional Intelligence oleh Daniel Goleman

Understanding Anger: A Guide to Managing Your Emotions" (Psychology Today)

Levels of Anger: Understanding the Intensity and Impact" (Psychology Tips)

Journal of Emotional Abuse

Journal of Aggression, Maltreatment & Trauma

Psychological Bulletin

Al-Qur'an

Alkitab

[Psychology Today - Managing Anger](https://www.psychologytoday.com)

 [Psychology Tips - Levels of Anger](https://

 [Psychology Tips - Levels of Anger](https://

Penelitian tentang hubungan antara kemarahan dan IQ menunjukkan bahwa kemarahan dapat menurunkan kemampuan kognitif dan pengambilan keputusan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun