Berhari hari mencari kodok ide yang hilang, tapi tak pernah kutemukan.
Berabad abad kemudian,
kutemukan dia tergelatak pada lipatan buku tebal karya penulis lain.
Dan aku berteriak, hei itu kodokku. Kemana saja kau selama ini? Dia diam saja. Tersenyum. Aku termanggu memandanginya. Belum takdirku. (KH, Sep 24)