Kau adalah sisa embun pagi yang jatuh membekukan jemari. Kau adalah persimpangan jalan yang selalu kulewati setiap sore maupun pagi. Tak peduli bagaimana asap jalanan dan gemuruh klakson kendaraan di kemacetan jalan, kau adalah hati yang selalu kubawa pergi, yang selalu kukantongi dan tetap kusimpan baik-baik walau tersembuyi.
Kau yang terkadang muncul tiba-tiba membanyangi tanpa permisi, lalu pergi menyisakan sepi. Kau juga yang menghantui di setiap lamunanku yang terkadang membuatku senyum-senyum sendiri.