humor bukan untuk melecehkan ataupun menghina -bahkan humor yang berjenis sarkasme sekali pun. tapi humor sekadar sebuah bentuk percakapan antarmanusia. hanya saja melalui humor itu, percakapan atau kerap juga disebut komunikasi itu menjadi "cair." itu lantaran sifat humor yang mampu membuat seseorang tersenyum bahkan terpingkal-pingkal.
jauh sebelum adanya internet, humor telah ada. dalam bentuk pertunjukan -baik di panggung, radio, maupun televisi dan film. dalam kehidupan keseharian, humor banyak digunakan orang per orang sebagai alat bantu untuk mencairkan suasana. humor tidak melulu diartikan sebagai sesuatu yang dipanggungkan. tapi sekadar obrolan antarteman pun diperlukan humor.
nah, jauh sebelum adanya televisi, di sejumlah daerah di indonesia, telah tumbuh berbagai kelompok seni pertunjukan. meskipun humor tidak menjadi porsi utama namun ada terselip humor di sana. misalkan pertunjukan wayang dalam bagian goro-goro., lenong di betawi, ludruk di jawa timur, maupun dul muluk dari sumatera selatan, pertunjukan tonil. hampir ada di setiap daerah di indonesia.
ketika radio menjadi sarana informasi dan hiburan satu-satunya setelah koran. seni pertunjukan dari berbagai daerah kerap "manggung" di radio. dari situlah banyak lahir para pelawak. yakni mereka yang memangungkan sandiwara secara khusus bagian dagelan saja. dari situlah seni lawak pun dikenal atas jasa radio. tentu saja setelah terkenal dengan acara radionya, aksi manggung di luar radio pun mereka pertahankan.
sejak awal, lawakan, dagelan, maupun lelucon yang dikenal masyarakat indonesia berasal dari tradisi lisan -baik dari pertunjukan .panggung maupun radio. masyarakat indonesia telah mengenal humor sebagaimana pakem yang mereka dapat dari radio maupun pertunjukan panggung. nah, kehadiran televisi hanya mengukuhkan tradisi lawakan, dagelan, dan lelucon yang sudah ada. nahasnya tanpa ada perubahan bentuk apa pun dari lawakan, dagelan, dan lelucon yang dipanggungkan sejak 1962 ketika televisi pertama kali siaran di indonesia.
coba tengok bentuk lawakan yang ada di televisi sekarang? bentuknya tak jauh berbeda dengan ketika pertama kali srimulat mucul. tak ada yang berbeda dengan ludruk. tak ada beda dengan lenong. dan lainnya. hanya kostum dan tata cahaya dan panggung saja yang mengalami perubahan. apa yang tidak berbeda? pemain dan materinya? sama-sama memgambil bagian goro-goro namun dalam bentuk yang sangat kurang cerdas.
nah, ketika nusantara masih dalam bentuk kerajaan, para penghuni istana ini butuh hiburan -bukan sekadar hiburan seks semata. namun hiburan untuk tertawa. maka dikumpulkanlah "orang aneh." mereka yang memiliki "kecacatan" tubuh. misalkan cebol atau kerdil. atau buruk rupa. buat penghuni istana, perilaku orang aneh ini bisa membuat mereka tertawa terpingkal-pingkal. dan tentu saja, semakin tolol atau "rusak fisik"-baik dibuat-buat maupun sungguhan- perilaku para orang aneh ini, maka semakin banyak mendapat curahan perhatian. dan itu artinya rejeki buat si orang aneh itu. dan itu berlaku sampai sekarang.
kelakuan di istana kerajaan ini pun merembes ke luar. terutama ketika orang aneh ini istirahat sehabis manggung di istana. maka orang aneh ini pun menjadi daya pikat bagi yang lainnya. coba tengok kelakuan kebanci-bancian yang menjual keanehan dalam berperilaku. itu saja sudah cukup bisa membawa seseorang menjadi selebiritas. begitu pula dengan yang menjual tampang yang tolol bangeuts. atau perilaku aneh lainnya. sehingga terdapat "kepercayaan": di masyarakat indonesia bahwa pelawak itu "orang aneh" yang cacat mental dan patut ditertawakan tanpa yang bersangkutan harus berbuat atau berkata apa pun di atas panggung.
semakin ke sini, tentu saja, banyak yang jengah menertawakan keanehan maupun keganjilan secara fisik dan mental tersebut. di masyarakat indonesia, makin banyak prang yang susah menerima mengapa lawakan selalu diartikan dengan menjadikan kecacatatan sebagai bahan tertawaan. apa tidak ada keinginan yang lebih cerdas selain menertawakan "ketololan" dan "kecacatan" fisik? apa lawakan itu penghinaan terhadap manusia lain yang dianggap lebih tolol, lebih tidak sempurna dari dirinya bahkan lebih rendah derajat dan martabatnya?
seorang teman saya selama hidupnya berjuang untuk tidak mau disebut sebagai pelawak. padahal namanya telah terkenal sebagai pelawak dan dia seorang jenius dalam bidang humor ini. kenapa? karena di sekelilingnya dipenuhi mereka yang menjual lawakan dengan "keanehan" tadi itu. bukan dengan kecerdasan apalagi berjuang keluar dari idiom "pelawak itu cuma pantas ditertawakan karena tampang, omongan dan kelakuan yang tolol."
pandangan yang menghinakan pelawak inilah sebetulnya yang menjadikan dunia humor di indonesia hanya dipenuhi mereka yang menjual tampang bloon, kelakuan dibuat-buat dan tolol, bahkan tidak bicara pun orang sudah tertawa. karena memang gambaran ketololan itu begitu melekat. sungguh hal ini merendahkan martabat para pelawak. bahkan seorang almarhum asmuni pun mengeluh. ketika hadir sebagai asmuni di luar pangung. orang di sekitarnya menunggu almarhum berbuat tolol dan bodoh sebagaimana di panggung.
humor tulisan
indonesia memiliki rekor sebagai pembaca yang malas. bayangkan dengan 300juta penduduk, oplah koran terbesar hanya sekitar 400 ribu. begitu juga penjualan buku. hanya saja dengan kehadiran internet, mereka semua dipaksa membaca. dengan pengguna facebook dari indonesia yang mencapai 15juta, mestinya ada sebuah generasi pembaca sejumlah itu. namun tetap saja, penjualan bahan tertulis segitu-segitu saja. membaca di internet hanya sebagai bagian "hiburan" bukan penambahan pengetahuan sebagaimana buku. apalagi dengan integrasi hape dan internet. maka membuka facebook hanyalah sebagai sarana berhaha-hihi semata tanpa nilai lainnya yang semestinya bisa didapat setelah seseorang "terpaksa" membaca.
berbeda dengan bahasa asing. bahasa indonesia itu sederhana. maksudnya apa yang diucapkan itu sebagaimana yang ditulis. sehingga memudahkan siapa pun belajar menggunakan bahasa indonesia -ingat belajar berbicara bukan belajar menjadi ahli bahasa indonesia. lantas apa hubungannya dengan lawakan, dagelan, lelucon, dan humor? tentu ada. hubungannya baik-baik sahaja. nah, jika tadi penyampaian lawakan, dagelan, lelucon, dan humor di atas panggung baik yang disiarkan melalui radio maupun televisi, menggunakan bahasa lisan dan gerak serta mimik, maka humor yang.berada di internet menggunakan bahasa tulisan.
ada perbedaan antara bahasa lisan dan tulisan. dalam bahasa lisan, seseorang bertutur menggunakan intonasi dan dialek. sementara dalam bahasa tulisan semua menjadi datar. bahasa tulisan angat bergantung kemampuan pembaca. kemampuan dalam memahami bahasa itu. padahal di internet, pemahaman antarorang itu sangat beragam. bisa dikatakan kemampuan memahami itu berada dalam rentang warna dari putih ke hitam dan sebaliknya.
pemahaman ataupun imajinasi seseorang dalam memaknai maupun memahami bahasa tulisan sangat bergantung pengetahuan (referensi) dalam hal yang dibaca, pengalaman orang itu (baik langsung maupun tak langsung), selain kecerdasan dan latar belakang pendidikan. nah, kesemua itu membangun kemampuan memahami dan imajinasi yang berbeda bagi tiap orang. karena keberagaman itulah -sementara tulisan dibuat sebuah saja- maka pemahaman pun bisa sangat beragam. makanya tak heran jika ada yang kontan tertawa setelah membaca sebuah cerita di KOTAK HUMOR. dan ada pula yang berhari-hari tak paham kenapa orang lain tertawa sementara dirinya tidak mampu tertawa.
bahkan admin seringkali mendapat pm yang bercerita begini : "mas kotak humor, aku tadi pulang kantor membaca kotak humor. sambil aku jalan kaki ke halte busway. aku lama memahami apa cerita mas ini. sampe setengah jam, aku baru bisa paham. abis itu aku senyum-senyum sendiri di dalam busway. aku sampe malu diliatin penumpang lainnya." duh.
sekali lagi humor tulisan memang sangat bergantung kepada imajinasi dan kecerdasan orang per orang. maka jangan heran jika dalam komentar di KOTAK HUMOR akan terdapat berbagai perbedaan. itu lantaran perbedaan yang disebut tadi. maka sebelum lebih jauh memberikan penilaian apa pun tentang isi KOTAK HUMOR sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu: seberapa tinggi imajinasi dan seberapa mendalam pemahaman anda terhadap sebuah cerita di KOTAK HUMOR. tanpa itu, anda akan sia-sia bergabung menjadi WARGA KOTAK HUMOR. sebab anda tak akan menemukan ketololan sebagaimana yang dipanggungkan di luar sana. humor di KOTAK HUMOR sangat memerlukan daya imajinasi dan kecerdasan dalam memahaminya.
sekali lagi saya ingatkan : pikiran anda itu bak parasut yang hanya bisa berkembang jika terbuka. nah, buat mereka yang memiliki pikiran picik, sebaiknya jangan bergabung di KOTAK HUMOR. dengan bergabung sama saja anda menyiksa diri sendiri. sebab internet bukan cuma berarti "indomie telor kornet." tapi juga kemampuan anda memahami bahasa tulisan.
bahasa tulisan memang belum mendapat tempat yang layak di indonesia. karena masih banyak orang lebih suka berbicara ketimbang membaca. karena itu, tak heran, "kemampuan berbicara" di intenet pun masih belum diiringi pengetahuan (referensi) dan pengalaman yang memadai. ditambah imajinasi dan kecerdasan yang pas-pasan maka jadilah internet bak tempat sampah. maka tak heran banyak yang berpendapat apa gunanya internet itu? kecuali untuk mengganjal perut yang lapar di tengah malam.
okede.
Tulisan ini ada juga di KOTAK HUMOR. silakan klik saja.