Namun semua sudah terlambat, perang sudah mulai, dentuman meriam, bau mesiu dan api yang menjalar di bangunan gedung pemerintah sampai pemukiman warga pun menjadi korba. Listrik hampir tidak pernah hidup lagi sejak 2 bulan lalu, apalagi air bersih, hampir tidak pernah dinikmati lagi.
Kalau sore-sore biasanya bisa menikmati kopi dan menonton televisi, sekarang tidak pernah lagi. Mau menonton pakai apa? Televisi ada tapi listriknya dari mana?
Mereka tdiak mengira perang sejatinya menderita sepertti ini. Gara-gara hal kecil.
Perundingan damai seperti tidak ada hasilnya.
Pasukan yang dikerahkan negera tetangga mereka sungguh ganas, katanya iu adalah pembelasan dari kegananasan yang telah diberikan oleh polisi mereka juga.
Si anak kecil memandang reruntuhan puing sekolahnya, memandang hampa. Dalam batinnya berkata, inikah akibat perang.