Dari akhir 2013 hingga di awal tahun 2014 ini , begitu banyak wajah baru yang tiba-tiba muncul di media-media masa. ada yang tiba-tiba jadi da'i , selebriti, dan ada pula yang sok-sok jadi dermawan. Setiap tingkah polah merekapun di expost di media massa seakan tiada hari tanpa berita-berita tersebut. Sehingga di headline-headline media terpampang wajah-wajah polos para selebriti tersebut.
Jika kita menengok lagi dari tahun-tahun sebelumnya, ini bukanlah merupakan fenomena aneh yang kita jumpai di negri ini. Ini merupakan hal biasa apabila memasuki musim pemilu. Banyak wajah-wajah baru nongkrong di beberapa media sekedar hanya untuk memproklamirkan visi dan misi mereka. Ada yang turun ke pasar sekedar memberi salam dan bertanya seputar harga-harga bahan pokok, namun ada juga yang lebih extrim, sampai turun ke got sekedar memancing kemacetan.
Itu semua bukan tanpa alasan, inilah politik pencitraan, lagi-lagi masyarakat kita di bodohi. Dalam hal ini medialah yang seharusnya lebih bertanggung jawab, karena mereka secara tidak langsung telah ikut andil dalam menggiring opini-opini masyarakat. Membangun citra positiv tokoh tersebut agar terlihat baik di mata masyarakat. Mereka yang seharusnya mengedepankan sikat netral tergoda hanya untuk sekedar memungut rente dengan membuat berita-berita para tokoh tersebut. Kebebasan pers digunakan hanya untuk ikut andil mengisi kepala-kepala masyarakat dengan berita-berita yang tidak berbobot yang akhirnya membangun sebuah kepercayaan kepada masyarakat bahwa inilah calon pemimpin yang tepat untuk bangsa ini.
Alhasil, masyarakat kecewa lagi. Setelah dipilih mereka malah asik-asikan di atas sana, sibuk mengumpulkan uang, memperkaya diri sendiri. Tanpa peduli apa yang telah kita titipkan pada mereka. Maka dari itu, sebelum kita terjerat lagi, tertipu kembali, dibodohi lagi, ada baiknya kita harus lebih bijaksana menyikapi hal-hal tersebut. Semua itu kembali lagi pada diri kita masing-masing, agar tak ada lagi awan mendung di negri ini. Saya hanya mampu berharap !!!