Dengan kebutuhan penambahan dana yang terus meningkat setiap tahunnya dan tampak adanya kekhawatiran dari sekjen PBB untuk (tidak) berhasilnya capaian tersebut, adalah merupakan indikasi untuk tidak akan tercapainya target tersebut pada waktunya. Permasalahan Arogansi, Pencitraan dan Korupsi dari para penguasa dan kroninya disetiap negara miskin-berkembang (termasuk di Indonesia), merupakan kendala realita sebenarnya dari penyebab ketidak berhasilan tersebut, dan sebenarnya (telah) disadari oleh Ban Ki-moon dan oleh siapapun yang bermartabat.
Adalah sudah sepatutnya bagi PBB, untuk tidak hanya mengandalkan pada kekuasaan Pemerintahan atau kroni pemerintah yang ada selama ini saja yang diberi kewenangan untuk menyelenggarakan capaian MDGs (terbukti hampir semua berkinerja subyektif/ partisan tanpa tolok ukur keberhasilan) tersebut, tetapi dengan mau mengakomodir "Teori-Gagasan Unggulan" dari masyarakat intelektual mandiri lainnya, adalah merupakan pilihan lain yang potensial sekaligus sangat pantas untuk mulai diperhatikan secara khusus.
Dengan meng-IPTEK-kan solusi pengentasan kemiskinan yang universal, obyektif dan terukur ( SOLUSI SOLIDARITAS ), saya adalah salah satu anggota masyarakat (Indonesia) yang memiliki dan menciptakan "Gagasan Unggulan Aspiratif" yang tepat sekaligus mampu untuk diaplikasikan dalam mengatasi/ menekan angka kemiskinan didunia (di Indonesia).
Jika Nalar (dan Moral) untuk memahami "gagasan unggulan" dari mereka yang terkait dengan MDGs telah tersedia dan terpanggil guna introspeksi total, saya selaku Narasumber sangat senang dan bersedia berbagi dan memberikannya dalam bentuk buku (gratis).
BELUM PANTAS BERBICARA PENGENTASAN PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN UNGGULAN, JIKA BELUM MEMAHAMI SOLUSI SOLIDARITAS.