Pemerintah terus berdalih untuk menyematkan rakyat. Dari menarik subsidi,hingga melakukan penyesuaian harga bahan bakar Minyak (BBM). Tapi lebih menarik diistilahkan menjadi Bongkar Bungkam Muat (BBM) Â Urgensi
Dikritik Percuma!, jika didemo para aparat negara dengan sigap menghadapi rakyat. Seakan lupa, mereka sebenarnya lahir dari mana. Bahkan, parahnya lagi, ada juga rancangan  tim penyusup yang membuat unjuk rasa bersuasana  keruh. AHHhh! mebosankan bukan.
Muak iya, saya akui itu, mungkin juga ada yang tak setuju dengan pernyataa itu. Tapi ingat saya disini hanya rakyat kecil yang masih punya rasa takut bersuara lantang. Saya tidak punya kemampuan untuk berada langsung di senayan, saya juga tidak tertarik layaknya jadi tokoh elit kalangan Partai yang berkoar janji ini, itu untuk meminta simpati rakyat.
Kebijakan perihal kenaikan harga BBM memang kerap menjadi bahan politik. Bahan untuk memantik kemarahan rakyat. Padahal, Pemerintah sudah tahu resikonya. Tapi masih tetap melakukannya. Tak mungkin itu tanpa tujuan. Namun apakah itu Pro rakyat atau hanya skenario untuk menimbulkan sesosok  Pahlawan?.
Isu kenaikan BBM benar terjadi, Isu Penghapusan Daya 450 Watt tengah mencuat. Lalu dibatalkan lagi. Hal itu  kerap terjadi pada tahun politik. Saya mulai mencoba pintar, jika mengikuti skenario yang bikin pusing. Mending saya ikuti aturan Pemerintah.
Tapi hal itu benar- benar bikin susah. Perlahan semua pengeluaran  mulai naik, semua harga barang di dapur tak menentu, masalahnya pendapatan tetap saja begitu, bahkan PHK terjadi di perusahaan besar.
Isu BBM ini memang 'hangat tai ayam' di Parlemen. Ada yang setuju, bahkan ada yang lantang menolak. Tapi itu hanya sebagian saja. 'Kebodohan' publik dimanfaatkan Parpol untuk mulai ambil peran. Rakyat jelata hanya pasrah. Wakil rakyat 'ngurusi' keharmonisan rumah tangga orang yang sudah makmur.
Wakil rakyat, yang harusnya membela kepentingan rakyat jelata, seolah kini lebih memilih untuk memperjuangkan kepentingan partai. Yang besar Diam. Yang kecil mencari panggung. Yang terlupakan melontarkan janji.
Saya suka ada Demo!, mereka mewakili rakyat untuk tidak diam.
Saya suka dengan ada yang menolak, tapi tetap saja itu tidak memuaskan!.
Saya lihat ada partai berani menantang.
Saya salut Mahasiswa berani orasi ditengah keramaian.
Saya mendukung Buruh bersuara menantang.
Saya benci lihat BLT! ..
Saya Resah yang kaya ambil BLT!..
Saya muak karna kebijakan BLT!...
Pemerintah menjaga orang untuk tetap berjiwa miskin!
Pemerintah Gagal mengedepankan Urgensi rakyat, dan ini hanyalah bentuk kepentingan Politik.
Meski saya bisanya hanya bergumam  dengan sumpah serapah. Setidaknya itu mewakili sikap saya. (*)