Saya pun pergi ke lokasi dimana benteng Anna itu berada. Nama lokasinya Pasi, kawasan masyarakat yang mata pencahariannya rata-rata menjadi nelayan. Memang benar apa kata ibu saya, cukup dengan waktu 10 menit saja menggunakan kendaraan roda dua dari rumah saya (Pian Tokung), saya bisa melihat sebuah lapangan besar lengkap dengan puing-puingnya. Buku itu berbohong!
Ini foto yang diambil tanggal 5 September 2011. Betapa lama peninggalan sejarah ini disia-siakan. Di depan pagarnya pun tidak ada sama sekali papan keterangan tentang adanya benteng bersejarah ini. Benteng apa ini? Berdiri tahun berapa? Bla-bla-bla. Anda bisa lihat foto gambar meriam. Menurut pengakuan masyarakat disana, sebenarnya meriam itu dulunya ada tiga. Tetapi satunya lagi diambil dan diletakkan di kantor camat. Sisa duanya saja mau diambil lagi oleh Brimob yang ada disana. Tetapi masyarakat marah waktu itu. Cukuplah satu buah meriam menjadi aksesoris kantor camat. Mengenai kondisi lokasi yang banyak gundukan-gundukan tanah, kata mereka, lokasi itu kemaren pernah dibongkar oleh peneliti-peneliti dari Jambi. "Mau cari harta karun mungkin," ungkap seorang ibu sambil membersihkan udang. Bata-bata bangunan juga sering diambil. Jika salah seorang masyarakat sedang membangun rumah lalu kurang batu bata, mereka biasanya mengambil bata-bata yang tersisa di benteng Anna ini.
Sekarang, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Provinsi Jambi sudah melakukan penelitian dan berencana untuk membangun miniatur benteng Anna.
"Pihak BP3 Jambi juga akan berusaha memperjuangkan anggaran dari pemerintah pusat untuk kegiatan pembangunan benteng Anna, di samping usulan yang sama di pusat juga akan diajukan oleh pemerintah setempat."
Apapun yang dilakukan oleh BP3 Jambi, yang jelas benteng "Fort Van Anna" milik kabupaten Muko-muko, Bengkulu.