Mungkin kita juga ingat, dulu pernah ada tren sepeda fixie, lalu sepeda roadbike, dan sepeda klasik, hingga sepeda lipat. Namun, kini berbeda: sepeda yang telah lama tersimpan itu kembali diperbaiki.
Semua jenis sepeda mulai memenuhi jalan-jalan komplek hingga jalan raya. Bersepeda, barangkali, jadi alternatif olahraga yang bisa dilakukan dalam kondisi seperti ini.
Oleh karena itu, tidak sedikit mereka yang mungkin dulu tidak sempat mengikuti tren sedikit merogoh kocek untuk membeli sepeda.
Tapi, akan selalu ada yang diuntungkan dari sebuah tren, yakni toko-toko dan bengkel sepeda kebanjiran order. Bahkan, seringkali sepeda yang hendak diservis pun harus menginap dan tak bisa ditunggu.
Oleh karena itu kemampuan untuk merawat dan memperbaiki sepeda sendiri menjadi keuntungan.
Bagaimana tanggapan Kompasianer akan tren bersepeda yang tengah digandrungi banyak orang kali ini? Apakah akan menjadi tren semata yang cepat hilang sebagaimana tren-tren lainnya?
Jika yang masih bersepeda sejak dulu, kira-kira apa yang membuat Kompasianer suka melakukan hobi tersebut?
Atau, ada cara maupun kiat dalam merawat sepeda? Silakan tulis opini atau pengalaman terkait topik berikut dengan menambahkan label Tren Bersepeda (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.