Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga Artikel Utama

Yang Berlogika Jongkok, PSSI atau Menpora?

17 Mei 2015   17:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:53 1289 0

Di Indonesia, Jika bicara tentang sepak bola, suka atau tidak suka kita akan berbicara tentang euforia masa lalu, prestasi yang kurang maksimal, dan janji akan perubahan-perubahan yang belum jelas. PSSI, instansi yang menaungi persepakbolaan Indonesia belum benar-benar memberikan solusi atas carut-marutnya persepakbolaan di Indonesia.

Sejarah panjang sudah mengiringi perjalanan PSSI mulai dari konflik internal sampai dengan eksternal, ketidakseriusannya dalam mengelola Liga Nusantara sampai dengan pengendalian skor dan isu suap. Ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa hadirnya pemimpin baru (Ketua) tidak menghasilkan perubahan yang berarti dalam tubuh PSSI.

Beberapa hari yang lalu kita dikejutkan dengan dibekukannya PSSI oleh Menpora. Kita tentu paham bahwa setiap tindakan pelarangan tentu ada sebab dan akibatnya. Adapun alasan pembekuan PSSI berdasarkan isi SK Menpora adalah PSSI secara de facto dan de jure sampai dengan tenggat batas waktu yang telah ditetapkan melalui tiga teguran tertulis, PSSI secara sah dan meyakinkan telah terbukti mengabaikan dan tidak mematuhi kebijakan Pemerintah melalui Teguran Tertulis.

Kisruh antara Menpora dan PSSI (yang entah sudah keberapa kalinya) adalah rangkaian panjang yang tidak mengenakkan dalam sejarah persepakbolaan lokal.

Kecintaan masyarakat kita akan sepak bola –salah satunya- tercermin atas banyaknya respons mengenai pembekuan PSSI oleh Menpora. Dualisme pendapat antara Pro dan Kontra pun muncul di masyarakat. Begitu juga para blogger, Kompasianer yang-hampir sekitar 100-an tulisan- menanggapi pembekuan PSSI oleh Menpora.

Berikut adalah 9 artikel yang bernas tentang #pssidibekukan

(Urutan bukanlah Rangking penilaian, hanya cara untuk mempermudah penjabaran)

1. PSSI Dibekukan, Kemenangan Sepak bola Indonesia!

Kompasianer Radhea Heqamudisa melalui tulisannya ini, selain menjabarkan sejarah panjang sepak bola lokal dengan bernas, ia juga merespons dengan gembira atas dibekukannya PSSI. Ia berpendapat bahwa sejak awal berdirinya, PSSI dipimpin oleh orang-orang politik yang hanya berkhayal dan berjanji mampu menjadi pahlawan dalam perubahan sistem persepakbolaan di Indonesia. Kejadian-kejadian beberapa bulan sebelumnya yang dilakukan PSSI, seperti melenyapkan Persebaya (1927), Persibo Bojonegoro dan Persema Malang dalam kancah Liga Nasional berbuntut pada protes besar-besaran oleh para supporter. “Dan kejadian dibekukannya PSSI oleh Menpora adalah kemenangan bagi sepak bola Indonesia”.

2. PSSI Dibekukan: Puncak Kamikaze Prestasi Nurdin, Djohar, La Nyala, dan Perlindungan Statuta FIFA

Dari judulnya saja tentu kita sudah menerka, rincian apa yang akan dibahas oleh Kompasianer Ninoy N Karundeng ini. Baginya, pembekuan PSSI oleh Menpora Imam Nachrowi, merupakan puncak kamikaze prestasi jeblok pengurus-pengurus PSSI. Komisi Transisi PSSI akan mengambil alih aktivitas PSSI. La Nyala tidak peduli. Perlawanan dilakukan oleh PSSI. Konsekuensi pembekuan oleh pemerintah ini adalah PSSI tidak bisa beraktivitas atas nama Indonesia. Atas keputusan itu, dipastikan bahwa PSSI tidak dapat mengikuti Sea Games, Piala Asia, dan kualifikasi Piala Dunia, dan sebagainya. Apa yang akan dilakukan oleh PSSI selain kamikaze alias bunuh diri dengan menantang Menpora dan berlindung atas nama Statuta FIFA? Mari kita telaah kisruh PSSI ini dengan hati riang gembira senang sentosa selamanya.

3. Punya Ketua Umum Baru, PSSI Malah dibekukan

Para Kompasianer tentu tahu siapa Kompasianer yang satu ini, ia adalah AF Yanda, Kompasianer yang fokus tulisannya tentang berita olahraga, khususnya sepak bola. Dalam tulisannya ini, ia menjelaskan drama kisruh sepak bola Indonesia yang kembali berlanjut pasca diabaikannya surat teguran yang dilayangkan kepada PSSI, Kementrian Pemuda dan Olahraga resmi membekukan kepengurusan PSSI, Sabtu 18 April 2015 berdasarkan surat bernomor 01307 tahun 2015 yang ditandatangani langsung oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi.

Inti dari surat yang dikeluarkan oleh Menpora tersebut adalah pemberian sanksi administratif berupa tidak diakuinya seluruh kegiatan keolahragaan di bawah bendera PSSI. Segala kegiatan yang berhubungan dengan Kompetisi Liga Indonesia dan juga Tim Nasional sementara diserahkan kepada KONI dan KOI yang akan bekerja sama dengan pemerintah, sampai Kemenpora membentuk kembali kepengurusan PSSI yang baru.

4.Katanya “Tak Peduli” Kok Road Show ke Menpora, KONI, DPR & Menko PMK?

Respons #pssidibekukan tidak berhenti/hanya ramai ketika pernyataan Menpora muncul tanggal 18 April lalu terhadap PSSI, ini terus berlanjut dan melahirkan kritikan-kritikan yang tentunya merupakan tanda kepeduliaan kita terhadap sepak bola Indonesia.

Hery dalam artikel Katanya “Tak Peduli” Kok Road Show ke Menpora, KONI, DPR & Menko PMK?,menguraikan blunder komunikasi La Nyalla dalam merespons tindakan Kemnpora terhadap PSSI. La Nyalla berpendapat bahwa Imam Nachrowi (Kemenpora) tidak punya hak untuk membekukan PSSI, dan menurutnya, yang berhak membekukan PSSI hanya Fifa. Jika dirunut sebenarnya, apa yang dinyatakan oleh La Nyalla merupakan kesalahan fatal, sebab PSSI hanya otoritas cabang olahraga tertinggi yang hanya memegang sepak bola dan berada di bawah naungan KONI, sedangkan KONI seperti yang kita tahu, adalah organisasi di bawah lindungan KEMENPORA dan KEMENPORA notabene adalah Kementerian yang bertugas khusus menangani pemuda dan Olahraga di Republik Indonesia ini.

5 Menjawab Logika Jongkok PSSI dan La Nyalla

6.Pasca Dibekukan, Kompetisi ISL Bakal Dibiayai oleh Negara

Dalam artikel ini, Himam Miladi berusaha menafsir SK Menpora terkait nasib Liga Indonesia Indonesia selanjutnya. Himam menjabarkan bahwa dalam poin keenam SK pembekuan PSSI disebutkan bahwa“Biaya yang timbul akibat ditetapkannya SK Menpora ini dibebankan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran/DIPA Kementrian Pemuda dan Olahraga tahun anggaran 2015″.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun