Selain berisi penulis-penulis artikel fitur, pengulas opini aktual, dan pewarta warga, Kompasiana juga memiliki banyak penulis novel, cermin, dan cerpen. Hal ini bisa dilihat dari jumlah karya Fiksi yang dilahirkan selama tahun 2014. Untuk jenis karya fiksi di luar puisi, seperti novel, cerpen, dan cermin tercatat sekitar 11,606 karya telah terpublikasi.
Cermin cinta, drama politik, cerpen horror, semua tersaji dengan apik di Kompasiana. Jika di kaleidoskop fiksi sebelumnya Kompasiana mengumumkan daftar puisi poluler selama tahun 2014, maka di kaleidoskop kali ini, kami merangkum 14 karya fiksi non puisi terpopuler selama tahun 2014. Karya mana sajakah yang menjadi karya terpopuler? Inilah dia;
1. Inilah Pidato Terbaik Calon Pemimpin Bangsa!
“Saudara saudara yang saya hormati, belakangan ini, hampir setiap hari kita mendengarkan pidato dari para calon calon pemimpin bangsa. Akan tetapi setelah kita dengarkan dan menyimak dengan seksama, membuat hati kita jadi miris. Karena apa yang disampaikan, baik sewaktu kampany , maupun dalam pidato diberbagai forum, materi yang disampaikan tidak beranjak dari pencitraan diri...”
Berikut ini cerpen karya Kompasianer Tjiptadinata Effendi, berisi narasi pidato calon presiden yang prihatin akan janji-janji palsu politisi untuk rakyat. Pidato yang disampaikan oleh capres ini penuh daya magis, sehingga masyarakat yang mendengar terkobar semangatnya. Namun demikian, di akhir cerita terdapat percakapan ironis yang menggambarkan bahwa pidato penuh wibawa tadi hanya sebatas pidato dengan janji-janji palsu lainnya. Si capres ternyata tidak seempati yang dikira terhadap rakyat miskin, karena ia dan sang istri tetap hidup bermegah-megah. Karya ini dibaca sebanyak 3042 kali dan mendapat 47 rating untuk kategori menarik, aktual, dan inspiratif.
2. Aku Tertipu Jokowi
“Seorang copet mengenali copet lain tanpa berkenalan. Seorang gali preman mengenal gali lain dari saat pertama beradu pandangan. Seorang penakut menggerombol dengan penakut-penakut lain tanpa janjian. Seorang satria mengenali kemunculan Satria Utama sejak penglihatan pertama...”
Ini adalah cuplikan karya ciptaan Kompasianer Abest. Lewat narasinya, Abest bercerita tentang sudut pandang relawan Jokowi yang merasa ditipu karena usai eleksi presiden, para relawan tak lantas langsung dilepas, tetapi justru diajak berjuang lagi untuk lima tahun ke depan. Sang relawan tertipu angannya sendiri untuk jadi rakyat manja setelah Jokowi jadi RI 1. Cerpen ini telah dibaca sebanyak 2011 kali dan mendapat rating sebanyak 35 untuk kategori aktual, menarik, dan inspiratif.
3. Dialog dengan Pendukung ISIS
4. Risalah Asmirandah
5. Ternyata Inilah Sebabnya Pendeta Paling Akhir Masuk ke Surga
“‘Hmmm Kalau surga itu memang amat indah, mengapa Pak Pendeta masih disini dan tidak langsung ke sana?”
Pak Pendeta terdiam sesaat, namun sebagai orang yang sudah malang melintang di dunia kangow, tentu Pak Pendeta tidak mau kehilangan muka, akibat tidak dapat menjawab pertanyaan sederhana dari seorang anak kecil...”