"Saya baru saja menerima surat yang menakjubkan dari Kim Jong Un," kata presiden 72 tahun tersebut dalam pertemuan kabinet.
Keduanya pertama kali bertemu di Singapura pada 12 Juni, dan menyepakati deklarasi untuk melaksanakan denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Trump mengatakan pertemuan pertamanya dengan Kim merupakan kemenangan besar bagi diplomatik seraya mengeluhkan pemerintahannya tak mendapat pujian atas prestasi itu.
Dia mengklaim, jika orang lain yang duduk di kursinya saat ini, maka orang tersebut harus menghadapi perang yang terjadi Asia.
"Dia bakal melihat perang yang besar dan gemuk di Asia. Tentu sangat tidak menyenangkan melihatnya," ujar Trump seperti dilansir CNN.
Dengan klaim hubungan baik itu, Trump menantikan pertemuan kedua dengan Kim, namun dia mengaku tak akan terburu-buru melaksanakannya.
"Saat ini, Gedung Putih tengah menggelar pertemuan dengan Kim yang jadwal pelaksanaannya bakal terjadi dalam waktu dekat ini," tuturnya.
Ucapan Trump terjadi setelah Kim memberikan pidato Tahun Baru (1/1/2019) berisi peringatan kepada AS untuk memenuhi janjinya.
Kim berujar, dia sudah berkomitmen melaksanakan denuklirisasi dengan menghancurkan situs uji coba senjata nuklir maupun rudal balistik.
Dia meminta agar AS bisa bersikap sama dengan mencabut sanksi yang diberikan sebelum Pyongyang menyerahkan senjata nuklirnya.
"Jika tidak, maka kami terpaksa bakal menempuh jalan lain untuk melindungi kedaulatan dan kepentingan negara kami," terang Kim.