Rekomendasi itu menyusul publikasi terbaru tentang vaksin yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Perancis, Sanofi Pasteur itu.
"IDAI menginstruksikan agar dokter spesialis anak menangguhkan pemberian vaksin dengue sampai terbit arahan selanjutnya," demikian pernyataan IDAI dalam keterangan pers yang terbit Kamis (7/12/2017).
Hasil analisis keamanan jangka panjang vaksin DBD yang dilakukan Sanofi Pasteur selama enam tahun dirilis dalam situs web-nya pada 29 November 2017 lalu.
Berdasarkan hasil analisis itu, vaksin dengue bekerja baik pada mereka yang pernah terjangkit DBD tetapi tidak pada yang belum pernah mengalami.
Analisis menemukan bahwa dalam jangka panjang, pada yang belum pernah terjangkit DBD, vaksin justru bisa memicu munculnya penyakit.
"Penemuan ini menggarisbawahi kompleksnya infeksi dengue" demikian diugkapkan Su-Pei Ng, Global Medical Head, Sanodi Pasteur.
"Kami bekerja dengan stakeholder kesehatan untuk memastikan pemberi resep, pemberi vaksi, dan pasien punya informasi yang tepat tentang temuan baru ini," imbuhnya.
IDAI sendiri sebelumnya telah merekomendasikan pemberian vaksin dengue pada anak berusia 9-16 tahun. Langkah itu diambil karena tingginya kasus DBD di Indonesia.
Menyusul kajian terbaru dari Sanofi Pasteur, IDAI memilih untuk merekomendasikan penangguhan pemberian atas dasar keamanan pasien.
Sementara itu, IDAI akan memulai kajian ilmiah lebih rinci pemberian vaksin DBD. Bayi dan anak yang telah diberi vaksi dengue diharapkan kembali ke dokter untuk dipantau kesehatannya.
Selain IDAI, pemerintah Filipina juga menyatakan penagguhan pemberian vaksi dengue, bahkan akan meuntut Sanofi Pasteur karena merilis vaksin tanpa dengan batasan penggunaan yang belum jelas.
Satu vaksi tak sepenuhnya aman bukan berarti vaksin yang lain pun demikian. Untuk vaksin lain, anjuran IDAI tetap seperti sebelumnya.