Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Mengapa Ada Pesawat Terbang Hampir Tabrakan di Cengkareng?

20 Juni 2017   07:30 Diperbarui: 20 Juni 2017   14:00 253 0
Pada intinya adalah dunia penerbangan Indonesia sejak tahun 2000-an yang pertumbuhan penumpangnya sangat pesat ternyata tidak diikuti dengan baik oleh ketersediaan infrastruktur dan kesiapan sumber daya manusia bidang penerbangan.

Khusus mengenai banyaknya cerita yang dramatis tentang pengalaman penumpang saat pesawat terbang membatalkan pendaratan, maka dapat ditengarai sebagai akibat dari padatnya traffic penerbangan di SHIA.

Realitanya di Jakarta ini traffic padat untuk take off dan landing tidak hanya terjadi di SHIA akan tetapi juga di Halim Perdanakusuma. Kepadatan traffic pesawat terbang yang sudah terjadi pada era 10 tahun belakangan ini harus diakui belum dapat diatasi dengan baik, walau sudah terlihat upaya yang cukup serius yang dilakukan.

Solusi yang diterapkan belum menyentuh benar pada akar masalah. Traffic yang sudah terlanjur padat sekali di SHIA dipindahkan begitu saja ke Halim yang akibatnya justru keduanya kini menjadi mengalami kepadatan traffic yang luar biasa.

Sekali lagi sepertinya terlihat pertumbuhan penumpang dikelola tanpa imbangan yang memadai dari ketersediaan unsur pendukung penerbangan sipil komersial berupa infrastruktur dan SDM.

Sekadar contoh sedikit analisis tentang traffic di SHIA. Jarak minimum antara dua pesawat yang akan take off dan/atau landing adalah 5 Nautical Miles (Nm).

Kecepatan atau speed pesawat terbang saat akan mendarat lebih kurang 150 Knots. Dengan demikian maka rata-rata separasi jarak 5 Nm tersebut akan membutuhkan waktu kurang lebih 2 menit.

Itu berarti setiap runway (RWY) akan dapat melayani dengan aman 30 pesawat take off / landing dalam satu jam. Karena di SHIA terdapat 2 buah RWY, maka pesawat yang dapat dilayani adalah sebanyak 60 pesawat take off dan/atau landing dalam satu jam.  Ini adalah ukuran baku atau standar yang memenuhi "safety factor " di SHIA.

Dengan memperhitungkan penanggulangan bila terjadi emergency, keadaan darurat dan penerbangan yang tidak terjadwal serta pertimbangan cuaca, maka sebaiknya angka 60 itu dikurangi 10 persen agar tidak terjadi kesemrawutan bila muncul hal yang tidak diperhitungkan sebelumnya.

Dari hitung-hitungan seperti itu, maka diperoleh angka lebih kurang 54 atau 56 gerakan take off/ landing pesawat terbang di SHIA. Ini adalah perhitungan kira-kira yang mengacu kepada hitungan baku atau standar keamanan terbang yang dapat dilakukan di SHIA dengan fasilitas 2 RWY dan ketersediaan SDM ATC (Air Traffic Controller) yang ada.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun