Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Jadi Professor Olok-olok Dalam 30 Jam

22 Agustus 2012   17:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:27 1142 0
Dalam 30 Jam Kompas.Com dapat menjadikan professor AR seorang politisi dari partai P*N menjadi bahan olok-olokan se Indonesia.

Saya benar-benar gak nyangka bahwa Posting Berita pada situs Kompas.COM dengan judul "Amien Rais: Predikat Wali Kota Terbaik Menyesatkan" mendapat perhatian dan tanggapan sebanyak itu.

Berita itu diposting pada hari Selasa, 21 Agustus 2012 pukul 16:25 WIB dan telah terdapat 114.859 kunjungan pembaca dan memperoleh rekor komen sebanyak 3.714 hingga hari Rabu, 22 Agustus 2012 pukul 23:43 WIB. Dahsyat...!!!

Pengunjung mungkin melakukan beberapa kali kunjungan berulang setidaknya untuk mengetahui respon dari pembaca lainnya, beberapa pengunjung juga memberikan komen yang sama namun komen di posting berulang, dan ada juga pengunjung yang memberikan komen berulang namun berbeda isi pesan yang disampaikan.

Membaca tanggapan para komentator membuat orang yang tidak tau dengan istilah Standard Deviasi dan Margin Error pun bisa langsung tau proporsi antara pihak yang pro dan kontra atas pernyataan si professor populer tersebut.

Sesungguhnya pernyataan tersebut biasa-biasa aja, dalam hal ini jika yang memberi pernyataan adalah orang awam, tapi kalau pernyataan itu keluar dari mulut seorang profressor ternyata jadi lain jalan ceritanya karena menjadi bahan olok-olokan para komentator dan diulas dalam beberapa tulisan oleh beberapa Kompasianer.

Lalu pertanyaannya kenapa koq bisa demikian serunya respon para pembaca atas pernyataan sederhana dari seorang professor yang pantasnya dikagumi tetapi oleh para komentator justru dianggab sebagai seorang professor mencla-mencle.

Setelah saya baca posting berita dan komentar para komentator maka menurut pandangan saya ada beberapa KEMUNGKINAN yang telah terjadi:

Pada Sisi Professor Narasumber:
1. Professor tersebut menyampaikan kebenaran dengan cara yang benar.
2. Professor tersebut menyampaikan kebenaran, tapi dengan cara yang tidak benar.
3. Professor tersebut menyampaikan pernyataan palsu atau fitnah sesuai kepentingan.
4. Inisial Professor tersebut merupakan nama lahir, alias professor palsu.

Pada Sisi Penulis Berita:
1. Penulis berita memuat rangkuman tulisan dengan benar.
2. Penulis berita tidak bisa membuat tulisan berita dengan benar.
3. Penulis berita sengaja memenggal kutipan tertentu untuk menggiring pembaca.
4. Penulis berita sengaja menjadikan Narasumber sebagai target olok-olok.

Pada sisi Komentator:
1. Komentator tidak mampu menerima kebenaran yang disampaikan narasumber.
2. Komentator tidak mampu memahami pendapat narasumber dengan benar.
3. Komentator mengetahui bahwa pendapat narasumber tidak benar.
4. Komentator melampiaskan kekecewaan pada narasumber atas dosa lama.
5. Fanatisme Komentator pada sosok yang dipojokkan oleh narasumber.
6. Sebagian Komentator sependapat dengan narasumber namun kalah jumlah.

Secara pribadi saya beranggapan bahwa narasumber tidak memberi pernyataan yang sekelas dengan identitas yang melekat. MULUTMU ADALAH HARIMAUMU!.

Terkait dengan tulisan saya di Kompasiana apakah AR juga turut terkait.....???.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun