Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi Pilihan

Pesawat Listrik dalam Mengantarkan Industri Aviasi Menuju Keberlanjutan

23 Desember 2023   21:49 Diperbarui: 23 Desember 2023   21:55 111 9
Jalan menuju Aviasi yang berkelanjutan bagi industri aviasi tidaklah mudah dan singkat, walau demikian bukan berarti tidak ada progress menuju ke sana.

Beberapa langkah sudah dapat memberikan harapan baru bagi industri aviasi untuk menjadi industri hijau seperti Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang berasal dari bahan organik dan lainnya untuk menggantikan bahan bakar fosil.

Selaib dari SAF, terdapat pula langkah untuk menghijaukan langit biru yaitu dengan mengembangkan pesawat bertenaga listrik/baterai atau electric aircraft, namun pengembangannya pun disertai dengan berbagai tantangan.

Tantangan yang paling utama meliputi empat hal yaitu tenaga (power), berat (weight), energi (energy), dan range (daya jelajah), keempat tantangan inilah yang setidaknya belum terjawab secara maksimal walau dengan sudah tersedianya taksi udara dengan kendaraan yang kita kenal dengan eVTOL atau Electric Vertical Take Off and Landing.

Power atau tenaga sangat dibutuhkan oleh pesawat bersayap tetap untuk menghasilkan daya dorong (thrust) dan pesawat bersayap putar untuk menghasilkan daya angkat (lift), sedangkan ukuran power yang dibutuhkan bisa berbeda beda pada ukuran serta kapasitas pada masing masing pesawat.

Ini kemudian mengantarkan kita pada tantangan kedua yaitu berat (weight) karena semakin berat sebuah pesawat maka semakin besar tenaga yang dibutuhkan, terlebih pada pesawat berbadan lebar atau juga pada helikopter yang secara konsep mendapatkan daya angkat dengan melawan gaya gravitasi, yang artinya tenaga yang dibutuhkan harus lebih besar daripada gravitasi.

Namun faktor berat pada pesawat listrik jika berkaitan batas maksimum lepas landas pesawat atau Maximum Take Off Weight (MTOW) adalah tidak sama dengan pesawat berbahan bakar fosil, karena pada pesawat listrik power dihasilkan oleh baterai sedangkan pesawat berbahan bakar fosil dengan minyak dimana berat nya lebih ringan.

Tantangan ketiga yaitu energi. Untuk memahaminya dengan mudah adalah dengan melihat baterai pada smartphone kita dengan melihat berapa lama baterai itu dapat menghasilkan energi kepada smartphone kita, mungkin ada yang bisa bertahan sehsrian penuh namun ada pula yang hanya beberapa jam saja.

Dibutuhkan baterai yang dapat menyimpan energi untuk memberikan tenaga yang dibutuhkan oleh pesawat namun harus memperhatikan berat baterai tersebut karena akan mempengaruhi batas berat pesawat untuk take off.

Faktor baterai juga tidak hanya terletak pada daya energi nya saja tapi juga pada bagaimana energi itu didapat, apakah melalui pengisian di darat dengan cara mengisi layaknya pada baterai smartphone atau dengan solar ketika saat diudara.

Jika baterai pesawat hanya dapat menyimpan energi yang tidak banyak maka ini akan mempengaruhi daya jelajah pesawat yang merupakan tantangan keempat. Mungkin mudahnya adalah dengan melihat baterai sebagai tanki bahan bakar sedangkan energi nya adalah kapasitas tanko bahan bakar.

Keempat tantangan ini dalam perkembangan sepertinya semakin mendekatkan industri aviasi menuju aviasi berkelanjutan dengan dikembangkan pesawat listrik dengan kapasitas dan daya jelajah yang semakin jauh, dalam arti baterai yang tidak (terlalu) berat serta dapat menyimpan energi yang dibutuhkan.

Contohnya adalah pesawat ES-30 besutan Heart Aerospace asal Swedia yang bisa terbang sejauh 400 km dengan mengangkut 30 pax atau hingga 800 km dengan 25 pax.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun