Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerita Pemilih Pilihan

Seberapa Besar Pemahaman Capres dan Cawapres terhadap Aviasi di Indonesia

12 Desember 2023   18:01 Diperbarui: 13 Desember 2023   00:25 272 37
Kampanye Calon Presiden/Wakil Presiden telah dimulai, masing masing pasangan calon memaparkan ide dan program mereka dalam segala bidang guna kemajuan Bangsa jika dipimpin oleh mereka.

Salah satu bidang tersebut pasti lah bidang aviasi yang sangat luas cakupannya, tidak hanya dari sisi maskapai, bandara, MRO serta regulator tapi juga dari sisi jenis pengoperasian pesawat nya yaitu militer dan sipil.

Beberapa waktu yang lalu, salah satu capres menyatakan akan berusaha menurunkan harga tiket pesawat dengan beberapa langkah seperti menambah bandara hub, apakah ini sudah menggambarkan wajah dari industri aviasi secara keseluruhan atau hanya satu dari sekian banyak cakupan dari industri aviasi ?.

Untuk melihat wajah dari industri aviasi maka sebaiknya kita tidak hanya berada di luar dengan hanya melihat dan mendengar keluhan tinggi nya harga tiket pesawat dari para pelaku perjalanan saja tetapi juga berusaha berada di dalam industri ini sehingga dapat melihat dari dekat bagaimana aviasi kita memutarkan roda perekenomian kita.

Penerbangan dengan pesawat (aviasi) merupakan salah satu roda perekonomian yang menyediakan angkutan penumpang dan kargo ke seluruh daerah di Indonesia, baik itu yang berlokasi di pulau utama, pelosok maupun terluar.

Khusus bagi daerah pelosok yang tidak dapat dijangkau dengan jalur darat, angkutan udara sangat vital bagi masyarakat yang tinggal disana sehingga seluruh aspek penerbangan perlu menjadi perhatian. Aspek tersebut tidak hanya ketersediaan pesawat dan penerbangan nya ssja tapi juga aspek keamanan di lapangan terbang ataupun bandara nya.

Pada aviasi militer, pengoperasian pesawat angkut tidak hanya untuk keperluan militer ataupun dalam keadaan perang tapi juga dalam keadaan damai melalui misi misi kemanusiaan serta dalam keadaan darurat (bencana alam), pesawat angkut militer dapat dikatakan sebagai pesawat pertama yang ditunggu kedatangannya saat bencana alam terjadi karena akan mengangkut bahan bahan keperluan bertahan hidup (survival).

Pemanfaatan pesawat militer pada saat keadaan damai ini juga sama pentingnya dengan pemanfaatan pada saat bencana alam seperti kebakaran hutan dan lahan, evaluasi saat kecelakaan pesawat dan kendaraan transportasi lainnya.

Oleh karena itu pula pemilihan jenis pesawat khusisnya pesawat angkut serta multi guna (utility aircraft)  baik itu yang bersayap tetap maupun bersayap putar perlu dipikirkan secara matang agar pemanfaatan pesawat dapat benar benar maksimum.

Para pasangan calon ada baiknya tidak hanya melihat aviasi dari sisi harga tiket pesawat-- juga tidak hanya melihat dari pesawat nya saja tapi juga dari para personil yang berada di pengoperasian pesawat termasuk kesejahteraan hidup mereka.

Misalnya untuk melihat kesiapan pesawat --baik pesawat militer maupun sipil -- tidak hanya dengan melihat kelaikan terbang dari pesawat tapi juga kesiapan kru baik darat maupun udara, mereka lah yang membuat pengoperasian pesawat dapat berlangsung dengan lancar dengan selalu memprioritaskan keselamatan terbang.

Dari sisi aerodome, masih banyak lapangan terbang yang belum sepenuhnya memenuhi fasilitas yang dapat menjamin keamanan dan keselamatan penerbangan semaksimal mungkin misalnya landasan pacu yang masih berupa rumput.

Penerapan sistem hub and spoke memang mungkin dapat memeratakan harga tiket akan tetapi perlu diingat bahwa maskapai memilih bandara sebagai hub nya atas beberapa pertimbangan dimana salah satu nya adalah volume penumpang dan kargo dari dan ke bandara tersebut dengan daerah daerah lain selain dari lokasi dari bandara itu sendiri pastinya.

Kita juga tidak bisa kesampingkan akan kecenderungan pilihan dan preferensi para pelaku perjalanan yang ingin tiba di tujuan tanpa transit, pilihan dan preferensi ini pula yang melahirkan pesawat seperti Boeing B-787 dan Airbus A-350 yang membuat para pelaku perjalanan tidak perlu ke bandara hub ataupun primary airport lagi cukup dari secondary airport atau yang sebelumnya merupakan bandara spoke

Pemilihan jenis pesawat untuk penerbangan berjadwal selama ini memang atas dasar pertimbangan pihak operator (maskapai), tapi apakah pilihan mereka memang sesuai dengan kawasan di Indonesia, apakah pesawat bermesin jet akan selamanya efisien pada semua rute pendek daripada pesawat bermesin turboprop ?

Juga apakah pemilihan pesawat bermesin jet disesuaikan dengan kapasitas pada setiap rute yang dilayani, dalam arti bisa saja pesawat jet regional dengan kapasitas dibawah 150 pax lebih efisien daripada pesawat jet penumpang dengan kapasitas diatas 150 pax karena selalu memberikan tingkat keterisian kursi yang tinggi.

Tingkat keamanan pada lapangan terbang dan bandara juga belum sepenuhnya memiliki standar yang sama atau paling tidak menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan kawasan lokasi.

Penerbangan perintis yang sangat bermanfaat bagi para penduduk di daerah pelosok masih mengalami gangguan keamanan yang dapat berimbas pada kelancaran distribusi kebutuhan pokok kehidupan mereka.

Keamanan para kru pesawat dan darat di lapangan terbang dimana penerbangan perintis tersedia juga perlu lebih diperhatikan agar tidak ada lagi kasus penyanderaan kru pesawat.

Penerbangan kargo juga perlu menjadi perhatian karena tidak selamanya kita menggantungkan ketersediaan daya angkut kargo kita dari semua pesawat penumpang dan kargo (airliner) saja tetapi juga dari pesawat kargo (freighter), dalam artian kapasitas dunia penerbangan kita tidak hanya sebatas pada penumpang tapi juga kargo.

Pemerataan harga barang barang di seluruh daerah di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor dimana faktor transportasi termasuk salah satunya, apabila ketersediaa. atau kapasitas angkut kita kelak tidak cukup untuk mengangkut semua permintaan maka hukum pasar pun akan berlaku sama dengan pada penumpang dimana harga angkut akan meningkat.

Pada pabrikan pesawat, kita sudah memiliki pabrikan pesawat yaitu PT.Dirgantara Indonesia, ini juga masih banyak ruang untuk pengembangan. Kita banyak memiliki insinyur penerbangan yang mampu membangun pesawat sendiri dan memang telah terbukti, namun bagaimana kelanjutannya, apakah hanya sebatas prototipe pesawat yang.akhirmya terpajang di museum ?

Patut diakui bahwa untuk mengembangkan industri pesawat terbang memerlukan dana yang sangat besar akan tetapi juga jangan dilupakan output nya yang juga sangat besar.

Apakah kita masih ragu untuk mengembangkan industri pesawat terbang kita dan apakah keraguan tersebut serupa dengan pengadaan kapal laut dan pesawat intai kita yang dapat dikatakan jauh dari cukup untuk mengawasi lautan kita yang menyimpan kekayaan hasil laut yang melimpah tersebut ?

Apakah kita masih akan terus ragu atau berani berinvestasi untuk menjaga kekayaan alam kita yang.luas biasa melimpah ?

Untuk itu ada baiknya para calon presiden/wakil presiden memiliki visi dan misi pula terhadap dunia penerbangan dan kedirgantaraan kita sebagai salah satu roda penggerak perekonomian kita.

Bagaimana seorang pemimpin akan melihat laju kecepatan pergerakan roda perekonomian bila tidak melihat aviasi sebagai salah satu roda penggeraknya.

Aviasi tidak hanya mencakup angkutan orang dan barang saja tapi juga penyelamatan dan pencarian orang saat keadaan darurat dan menanggulangi bencana kebakaran serta menjaga kedaulatan negara di udara.

Aviasi tidak hanya menyediakan lapangan kerja tapi juga menyentuh semua bidang ekonomi lainnya seperti perdagangan dan pariwisata, juga menyentuh semua lapisan masyarakat, tidak hanya yang diperkotaan, di pulau pulau besar dan utama tapi juga ysng bertempat tinggal di daerah pelosok dan terluar.

Ya dunia aviasi Indonesia adalah seluas langit diatas Nusantara.

Salam Aviasi Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun