Pada aviasi sipil terdapat berita mengenai anggota Dewan terhormat dengan 80 kursi kelas bisnis GA sedangkan pada aviasi militer disajikan berita mengenai pembelian 12 unit Mirage 2000 5 oleh Indonesia dari Qatar, dan seperti biasanya dimana setiap berita sangat menarik untuk diulas.
**
Indonesia khususnya TNI AU akan memiliki tambahan pesawat tempur sebanyak 12 unit berupa varian pesawat tenpur Mirage 2000 dari negara Qatar.
Varian Mirage 2000 tersebut berupa 9 unit Mirage 2000-5EDA single seat dan Mirage 2000-5DD twin-seats, pesawat ini merupakan pesawat tempur generasi empat besutan Dassault yang juga memproduksi pesawat tempur Rafale yang juga akan dimiliki TNI AU.
Kehadiran 12 unit pesawat tempur ini setidaknya akan mengisi kekosongan akan kebutuhan pesawat tempur pengganti F-5 Tiger yang sudah dipensiunkan sejak tahun 2017 dan juga BAE Hawk.
Bagaimana kita menilai pengadaan pesawat tempur ini yang merupakan pesawat tempur yang sebelumnya menjadi kekuatan Qatar sejak pembelian mereka pada tahun 1997 ?
Sebelum lebih jauh mengulasnya, mari kita melihat sejenak mengenai pesawat Mirage 2000 ini yang merupakan pesawat tempur ringan (lightweight fighter) dan dioperasikan oleh Perancis, India, Peru, Taiwan, Qatar, Yunani, UAE, dan Mesir.
Pesawat ini dapar dikatakan tidak akan lahir apabila pesawat utama Dassault Aviation pada project bernama Delta 1000 pada tahun 1972 berhasil menarik perhatian Angkatan Udara Perancis Arnee de l'Air / AdA) yang ketika itu membutuhkan pesawat tempur masa depan atau Avion de Combat Futur" (ACF).
Pada project tersebut, Dassault Aviation lebih memfokuskan pengembangannya pada pesawat Mirage G8 dan menempatkan Mirage 2000 sebagai fokus keduanya (Delta 2000).
Namun ternyata Mirage G8 tidak memenuhi kebutuhan akan pesawat dengan kecepatan hingga Mach 3 dan mampu melakukan pertempuran jarak dekat di udara (dogfighting) bahkan tetap tidak menarik minat AdA meskipun Dassault Aviation kemudian mendesain ulang Mirage G8 menjadi Super Mirage G8A.
Pihak AdA menginginkan Avion de Combat Futur" (ACF) dengan peran utama sebagai pesawat tempur dengan kemampuan tenpur jarak dekat di udara (dogdighting) sedangkan peran kedua sebagai pesawat penyergap (interceptor)
Persyaratan akan peran ini yang mungkin membuat Dassault Aviation menempatkan Delta 2000 sebagai fokus keduanya karena pesawat ini memiliki peran kebalikkan dari persyaratan AdA, dalam arti peran Delta 2000 utamanya sebagai pesawat penyergap dan peran kedua sebagai pesawat tempur.
Sedangkan Mirage G8 dinilai AdA sebagai pesawat pencegat (interdictor) dan kurang mampu melakukan pertempuran udara atau dogfighting, singkatnya tidak sesuai dengan kebutuhan AdA.
Pada tahun 1976 setelah pihak AdA memesan tiga prototype Mirage 2000, pihak AdA berkomitmen membeli 200 unit Mirage 2000 dengan beberapa persyaratan termasuk peran yang harus mampu diembannya yaitu peran utama sebaga pesawat penyergap dan juga mampu menyerang ke darat (ground attack) dengan deadline penyerahaan pertama pada tahun 1982.
Sebanyak 124 unit Mirage 2000C pertama kali masuk menjadi kekuatan AdA pada bulan Juli 1984 dengan mendirikan skadron baru AdA.
Sejak itu Mirage 2000 kerap dilibatkan pada berbagai operasi militer termasuk pada perang gurun tahun 1991 bersama kekuatan militer multinasional yang dipimpin Amerika.
Sedangkan Mirage 2000-5EDA (single seat) dan Mirage 2000-5DD (twin-seat) yang akan dimiliki oleh Indonesia adalah kekuatan udara Qatar yang memesan kedua varian ini pada tahun 1994 dan mulai masuk ke armada Angkatan Udara Qatar sejak tahun 1997.
Keduanya merupakan varian Mirage 2000 5 sebagai upgrade an dari Mirage 2000C terutama pada display kokpit serta pada radar nya yang dapat memberikan dukungan pada missile MICA atau Missile d'Interception, de Combat et d'Auto-dfense (lit.'Missile for Interception, for Combat and for Auto-Defense' / 'Interception, Combat and Self-protection Missile')
Missile MICA merupakan missile jarak pendek dan menengah untuk pertempuran udara jarak dekat besutan dari pabrikan MBDA France yang memang berspesialisasi pada produksi missile.
Untuk menjawab pertanyaan diatas, penulis hanya ingin memberikan opini pribadi sebagai orang awam terhadap sistem pertahanan sebuah negara.
Pesawat Mirage 2000 5 ini pada dasarnya sama dengan pesawat Lockheed Martin F-16 (sebelumnya General Dynamics) yaitu sebagai pesawat tempur ringan (lightweight), selain itu jika dilihat waktu kelahirannya memang hampir bersamaan dengan F-16 sebagai produk pemenang pada kompetisi Lightweight Fighter (LWF) oleh USAF pada tahun 1972.
Bagi Indonesia, kehadiran ini sebagai pengganti peran yang lama kosong ditinggalkan oleh F-5 dan sepertinya juga akan menggantikan peran Hawk dengan melihat rumah baru dari Mirage 2000 5 ini merupakan rumah saat ini bagi pesawat Hawk.
Dengan demikian kehadiran Mirage 2000 5 sebagai pendamping dari F-16 (supplement), mungkin komposisinya sama dengan F-5 dan BAE Hawk 109 (latih) dan BAE Hawk 209 (Light Combat Aircraft) dahulu.
Namun perlu diingat bahwa baik pesawat LM F-16 dan Mirage 2000 5 ini sudah akan menua (ageeing) sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya penggantinya di masa mendatang.
Kita juga bisa melihatnya sebagai pengisi gap atau kekosongan sambil menunggu kehadiran Dassault Rafale dan kepastian akan kehadiran Boeing F-15 ID (dulu Mcdonnell Douglas).
IMHO
Salam Aviasi.