Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) sangat berani menghapus UN yang telah lama menghantui para pelajar. UN rencananya resmi dihapus pada 2021 mendatang. Hal ini menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak, mulai dari kritikus pendidikan hingga orangtua pelajar.
"Sebenarnya banyak juga dari mereka yang tidak ingin menghapuskan, tetapi menghindari hal-hal yang negatif, (mulai) dari sisi stres, kayak menghukum siswa yang mungkin dari bidang (UN) itu kurang kuat dan lain-lain," kata Nadiem seusai menjadi pembicara pada Konferensi Pendidikan Indonesia di Gedung Kemendikbud pada 30 November lalu.
Merdeka Belajar
Berangkat dari sana, Kemendikbud kemudian melakukan kajian.
Hingga dalam kurun 11 hari, ia mencetuskan kebijakan 'Merdeka Belajar' di hadapan kepala dinas pendidikan seluruh Indonesia di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (11/12/2019).
Ada empat hal yang akan diatur di dalam kebijakan baru tersebut, yakni terkait penilaian ujian sekolah berbasis nasional (USBN) secara komprehensif, perubahan sistem UN, penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan penerapan sistem zonasi yang lebih fleksibel.
Selama ini, banyak pelajar yang mendukung akan dihapusnya UN, karena tidak ada beban pikiran yang cukup berat bagi pelajar. Sejatinya, pelajar tidak hanya perlu menghafal rumus, namun juga mengembangkan minat bakat yang dimilikinya.
Namun, banyak juga persepsi yang tidak mendukung akan dihapusnya UN ini. Contohnya, jika UN dihapus, maka akan muncul generasi yang mentalnya kurang kokoh serta tidak siap dengan tantangan yang akan datang. Karena selama ini, UN lah yang bisa mencetak generasi bermental baja.
Keberanian Nadiem perlu diapresiasi, karena pelajar harus diselamatkan dari beban yang sungguh berat dan dari momok menakutkan di kehidupan pelajar. (Koko Egar)