Hari itu batas waktu pengumpulan proposal, dan dinyatakan oleh dosen pembimbing bahwa itu tidak layak untuk dikumpulkan, jadi dengan segala daya dan upaya berusaha melakukan perbaikan sampai akhirnya dapat juga dikumpulkan. Lanjut setelah itu untuk pengumpulan thesis, di term berikutnya gagal mengumpulkan thesis. Ambil cuti untuk mengerjakan thesis dan setelah menghabiskan waktu setahun,thesis akhirnya dapat dikumpulkan. Ikut ujian thesis dan hasilnya.... gagal. Kumpulkan perbaikan dan ikut ujian lagi dan kali ini lulus. Jadi apa yang saya pelajari dari kuliah S2? Saya belajar GAGAL.
Pat McCormick, penyelam olimpiade pernah berkata,”I think failure is one of the great motivators. “ Saya pikir, kegagalan merupakan salah satu motivator terbesar. Dan pelajaran terbesar dari masa-masa kuliah ini adalah belajar menghadapi kegagalan. Seperti yang pernah saya ceritakan, saya jarang sekali mengalami kegagalan dan sisi buruknya adalah saya kurang berani mencoba sesuatu yang baru karena menganggap kegagalan sebagai sesuatu yang terlalu serius. Dan pelajaran berharga ini saya dapat sewaktu membuat thesis saya.
Jadi apa-apa saja yang telah saya pelajari selama mengambil kuliah S2? Mari kita sama-sama gali ilmunya.
1. Belajar‘Gagal’
Amsal berkata, ”Engkau orang lemah jika engkau tidak tahan uji dalam menghadapi kesesakan.” Apa yang paling membuat saya sesak dan terjepit? Pembuatan thesis. Dengan keterbatasan waktu, sepertinya tidak ada bayangan bahwa thesis ini akan selesai. Dan ini ujian bagi saya apakah bisa tahan uji dalam masa kesesakan ini. Ternyata melalui masa-masa ‘kesesakan’ ini, Adversity Quotient (AQ) kita akan meningkat. Sampai saya menulis seperti yang juga dikatakan Soichiro Honda, ”Setelah ini Honda tidak pernah gentar menghadapi tantangan apa pun karena dia sudah menguji ketabahannya saat menjadi pengasuh seperti ini.” (Honda pernah menjadi pengasuh sebelum dia dipercaya menjadi mekanik).“Setelah ini Ong Budi tidak pernah gentar menghadapi tantangan apa pun karena saya sudah menguji ketabahan saya saat menyelesaikan thesis ini.” Dengan kata lain,”Saya seperti pensil dan thesis ini rautan untuk mempertajam saya.” . Honda juga berprinsip: “Kesuksesan itu adalah hasil 1% setelah 99% kegagalan. Jadi tidak perlu takut akan kegagalan karena selama tetap berjuang, pasti pintu keberhasilan suatu ketika akan terbuka juga.
2. Lebih Mau dan Cepat Belajar serta Mengajar
Setelah tidak pernah duduk di bangku kuliah lagi selama hampir 15 tahun, maka memulai belajar lagi adalah hal yang cukup berat. Walaupun saya sering mengikuti training-training, tetapi mengikuti kuliah dengan rutinitas dan jadwal yang padat benar-benar menguras waktu dan energi saya. Dari sini saya belajar untuk mau diajar, karena biasanya saya yang mengajari orang. (Belajar rendah hati dengan mau diajar.) Berusaha untuk cepat belajar karena jadwal yang padat tersebut. Dan di kuliah S2 dituntut untuk memberikan presentasi, dengan melakukan ini saya dituntut juga untuk bisa mengajar. Jadi Mau Belajar, Cepat Belajar dan Mengajar, bisa dilatih selama mengikuti kuliah S2 ini. Tyron Edwards pernah berkata,”Jika kau ingin mengetahui apa pun dengan menyeluruh, ajarkanlah hal itu kepada orang lain.” Dengan mengajar kita akan mengetahui sesuatu dengan cara lebih menyeluruh.
3. Belajar bahwa Keberuntungan Datang dari Tuhan
Dalam siaran radio Heartline, saya pernah bertanya kepada narasumber, ”Bagaimana cara untuk bisa beruntung?” Jawabannya cukup simpel. “Berdoa.”, katanya. Karena keberuntungan hanya didapatkan dari Yang Maha Tinggi. Amsal berkata seperti ini, ”Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN.” Dalam segala usaha dan perjuangan yang dilakukan, maka saya berusaha untuk melibatkan Tuhan untuk memberikan keberuntungan setelah melewati perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan .
Semoga dari tiga poin di atas, berguna dalam menjalani kehidupan yang sukses dan bahagia di masa kini dan masa yang akan datang.
Salam Hikmat, Bijaksana Dalam Bertindak
Ong Budi Setiawan