Tapi kini, para peneliti kini juga menghubungkan lemak perut dengan meningkatnya resiko untuk migraine, setidaknya saat seseorang mulai menginjak usia pertengahan.
Lingkar pinggang telah dianggap sebagai prediktor yang lebih baik untuk aktivitas migraine dibanding obesitas umum, baik pada pria maupun wanita yang mulai menginjak usia 55 tahun ke atas.
Penelitian awal telah menghubungkan obesitas dengan meningkatnya frekuensi migraine pada orang-orang yang sudah memilikinya. Namun penelitian terbaru adalah salah satu yang mensugestikan bahwa obesitas meningkatkan resiko umum untuk migraine.
Dan penelitian ini adalah yang pertama kali mengamati apakah lemak perut itu berperan khusus dalam migraine dan frekuensi sakit kepala.
Penemuan ini dipresentasikan pada pertemuan tahunan dari American Academy of Neurology (AAN) di Seattle.
Lemak Perut dan Migraines
Para peneliti dari Philadelphia's Drexel University College of Medicine mengamati data yang dikumpulkan dari 22.000 relawan yang mengikuti National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES).
Survey ini menyertakan ukuran dari abdominal obesity yang diukur dari garis lingkar pinggang, dan obesitas secara keseleruhan, seperti yang ditentukan oleh body mass index (BMI). Data ini juga menyertakan self-reported perkiraan migraine dan frekuensi sakit kepala.
Wanita punya kemungkinan tiga kali lebih besar untuk menderita migraine dibanding pria. Peneliti B. Lee Peterlin, DO, mengatakan bahwa penemuannya ini mungkin membantu para peneliti untuk memahami perbedaan gender ini.
"Ini mungkin menjadi salah satu potongan dari teka-teki," katanya. "Ini tidak mensugestikan bahwa jika lemak extra diperut berkurang maka migraine anda akan sembuh. Tapi ini mungkin bisa jadi petunjuk untuk membantu menjelaskan sexual dimorphism dalam migraine."
Meski setelah mengontrol obesitas secara umum, kelebihan lemak di perut mungkin berhubungan dengan peningkatan aktivitas migraine secara significant pada pria dan wanita yang berusia antara 20 sampai 55 tahun.
"Rentang usia ini adalah saat migraine paling sering terjadi," katanya. "Penemuan kami mensugestikan bahwa obesitas umum dan abdominal obesity itu berhubungan dengan meningkatnya migraine dalam kelompok usia ini."
Wanita dengan lemak perut extra punya kemungkinan 30% lebih besar untuk mengalami migraine dibanding wanita yang tidak memiliki kelebihan lemak dibagian perut, bahkan setelah memperhitungkan obesitas keseluruhan, faktor resiko untuk penyakit jantung, dan kareakteristik demographic.
Hubungan antara lemak perut dan migraine pada pria itu tidak significant saat memperhitungkan faktor-faktor ini.
Migraines pada Wanita
Penemuan ini mensugestikan bahwa lemak perut itu adalah faktor resiko yang penting untuk migrane, tapi mungkin lebih penting pada wanita dibanding pria, kata Peterlin.
Setelah berusia 55 tahun, membawa berat berlebih di sekitar bagian tengah tampaknya berhubungan dengan meningkatnya resiko migraine pada wanita, namun alasannya belum diketahui dengan jelas.
"Itu mengejutkan," kata Peterlin. "Tampaknya ada sebuah dampak pada setiap usia, namun dampak itu berubah. Pada wanita berusia dibawah 55 tahun, lemak diperut itu tidak baik. Tapi diatas 55 tahun, punya lemak diperut itu mungkin sebenarnya bisa menjadi perlindungan ringan untuk migraine."
Peneliti migraine Stephen Silberstein, MD, mengatakan bahwa hasil penelitian ini lebih banyak menimbulkan pertanyaan dibanding memberikan jawaban.
Silberstein adalah juru bicara untuk American Academy of Neurology dan seorang professor neurology di Thomas Jefferson University, Philadelphia.
"Studi berbasis populasi yang besar mengindikasikan bahwa obesitas berhubungan dengan frekuensi, namun tidak dengan keberadaan migraine," katanya. "Ini adalah yang pertama kali orang melihat ukuran perut dan mereka menemukan bahwa itu memprediksi kehadiran migraine. Ini adalah sebuah pengamatan yang penting, tapi penemuan ini pasti perlu untuk di duplikasi."