Gus Dur bukan hanya pembela kaum minoritas dan kaum yang tertindas, beliau juga pembela negara yang gigih. Musuhnya bukan Belanda atau Jepang tapi gerakan-gerakan laten dalam selimut yang mengancam keutuhan dan kodrat kemajemukan Indonesia. Atas nama kebhinekaan tanah air, setiap warga bangsa yang menjadi bagian dari kebhinekaan itu berhutang pada budi luhur almarhum.
Karena besarnya semangat hidup Gus Dur, mengingat akan misi mulianya, Gus Dur pun berkali-kali lolos dari jeratan maut. Ada seloroh di antara kaum nahdliyin tentang tiga misteri dalam hidup. Misteri pertama usia, misteri kedua jodoh dan misteri ketiga ialah Gus Dur. Kini Gus Dur telah berpulang untuk selama-lamanya, mungkin Yang Maha Kuasa menyayangi beliau sehingga segera memanggilnya setelah berlelah-lelah berjuang menegakkan kebenaran. Tapi dalam hati kecil beliau, tidak ada yang lebih tenang dan damai selain mengetahui bahwa di antara bangsa kita akan lahir penerus-penerus cita-cita beliau.
Ad-Dakhil (Sang Penakluk), demikian nama ini dengan tepat diberikan oleh ayahanda Gus Dur, Alm. K.H Wahid Hasyim. Gus Dur telah menaklukkan kebencian, Gus Dur telah menaklukkan sekat pembatas, Gus Dur telah mengakhiri hidupnya dengan mulia. Sama seperti sahabat beliau almarhum Rm. YB. Mangunwijaya yang terwujud harapannya untuk wafat ketika menjalankan tugas, Gus Dur pun wafat dalam rangka menjalankan tugas mengunjungi konstituennya di pesantren-pesantren.
Selamat jalan Gus Dur! Engkaulah pahlawan di hati rakyat! Indonesia bukanlah Indonesia tanpamu!
Beijing, 30 Desember 2009