Menurut kepala desa Patukgawemulyo, Anam Lutfi, permasalahan yang cukup kentara dari desa ini adalah belum adanya pengolahan sampah baik organik maupun anorganik secara baik. Minimnya jumlah tong sampah juga membuat warga sulit mengelola sampah. Selain itu, terdapat pasar yang menjadi penghasil sampah terbesar. Oleh karena itu, Tim KKN 301 UNS bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kelautan dan Perikanan berencana untuk mendirikan Sistem Integrasi Bank Sampah di Desa Patukgawemulyo.
Pembentukan Sistem Integrasi Bank Sampah diawali dengan pemberian sosialisai atau penyuluhan yang meliputi pengelolaan sampah dengan baik (Reduce, Reuse, Recycle), cara mengurangi sampah plastik, jenis sampah dan waktu proses dekomposisinya, pengelolaan sampah berbasis bank sampah. Setelah dilakukan sosilasisasi dan pembentukan pengurus, maka dilanjutkan dengan pengenalan jenis sampah dan harga sampah perkilogramnya.
Sampah di Desa Patukgawemulyo akan dikumpulkan sesuai dengan jenisnya setiap satu bulan sekali. Kemudian sampah dibawa ke tempat Bank Sampah Mulya Bersari untuk dilakukan penimbangan dan pencatatan. Harga yang didapatkan dari penimbangan akan dituliskan di buku tabungan masing-masing nasabah yang nantinya uang tersebut akan diberikan per tahun.
Kegiatan bank sampah ini memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dari warga. Warga sangat antusias mengumpulkan sampah rumah tangga serta memilah sesuai dengan jenis yang disediakan. Dengan tingkat antusias yang tinggi ini, diharapkan bank sampah di Desa Patukgawemulyo akan tetap lestari dan berkembang, sehingga desa pun akan terbebas dari permasalahan sampah yang ada.