Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang mendalam kepada masyarakat, khususnya para nelayan, mengenai dampak negatif penggunaan alat tangkap yang merusak lingkungan, seperti setrum (aliran listrik) dan racun kimia. Alat-alat ini sering kali digunakan untuk menangkap ikan dalam jumlah besar dengan cepat, namun dampaknya sangat merugikan. Penggunaan setrum, misalnya, tidak hanya membunuh ikan-ikan target, tetapi juga membahayakan ikan-ikan kecil, telur, dan bahkan merusak vegetasi air yang menjadi tempat pemijahan ikan. Dampak jangka panjangnya adalah menurunnya populasi ikan dan terganggunya rantai makanan di perairan tersebut.
Selain setrum, penggunaan racun kimia seperti pestisida juga menjadi salah satu alat tangkap yang sangat tidak ramah lingkungan. Racun kimia dapat mencemari air dan membunuh berbagai jenis ikan serta organisme air lainnya. Bahkan, racun ini bisa bertahan di lingkungan untuk waktu yang lama, menyebabkan kerusakan yang berkepanjangan pada ekosistem air tawar dan membahayakan kesehatan manusia yang mengonsumsi ikan dari perairan yang tercemar.
Sebagai solusi, sosialisasi juga mempromosikan penggunaan alat tangkap yang lebih ramah lingkungan. Contohnya adalah penggunaan jaring halus, perangkap ikan sederhana seperti bubu, dan pancing. Alat-alat ini lebih selektif dalam menangkap ikan, sehingga dapat mengurangi tangkapan sampingan dan menjaga populasi ikan. Jaring halus misalnya, memungkinkan nelayan untuk menangkap ikan dengan ukuran tertentu, sementara ikan-ikan kecil yang belum dewasa dapat terlepas dan tumbuh hingga siap ditangkap pada waktu yang tepat.
Selain itu, perangkap ikan seperti bubu juga merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan karena dirancang untuk menangkap ikan secara pasif, sehingga hanya ikan yang secara aktif memasuki perangkap yang tertangkap. Alat ini juga memungkinkan hasil tangkapan tetap hidup, sehingga jika ada spesies yang dilindungi atau tidak diinginkan, bisa dilepaskan kembali ke habitatnya. Demikian pula, pancing merupakan alat yang sangat selektif dan minim dampak terhadap lingkungan, sehingga sangat direkomendasikan dalam praktik perikanan yang berkelanjutan.
Dalam sosialisasi ini, penekanan juga diberikan pada pentingnya menjaga kualitas air dan habitat perairan air tawar. Penurunan kualitas air akibat pencemaran dari penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, atau kegiatan manusia lainnya, dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem secara keseluruhan. Oleh karena itu, perlindungan terhadap sumber daya air tawar harus menjadi prioritas bersama, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, komunitas nelayan, LSM, dan masyarakat luas.