Syahfuddin Ahmad, koordinator desa KKN 75 UNEJ, menjelaskan bahwa ide ini muncul sebagai respons atas permintaan Kepala Desa Cermee, Sutrisno, untuk mengelola limbah bonggol jagung yang selama ini dianggap sebagai sampah. "Uji coba pembuatan jamur janggel ini bertujuan untuk mengatasi banyaknya limbah bonggol jagung di Desa Cermee. Sesuai arahan dari Pak Kades, kami membuat media tanam jamur ini dimulai dari skala kecil dulu," ujar Syahfuddin.
Raissa, penanggung jawab program kerja jamur janggel, menambahkan bahwa pembuatan media tanam ini memerlukan takaran bahan yang tepat. "Bahan-bahan pembuatan jamur janggel itu ada bekatul, pupuk urea, ragi, dan bahan utamanya yaitu bonggol jagung. Untuk semua bahan itu ditakar sesuai dengan banyaknya pemakaian dari bonggol jagungnya sendiri," jelas Raissa.
Program inovatif ini diharapkan dapat memberikan solusi berkelanjutan bagi masalah limbah di Desa Cermee sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Jika uji coba ini berhasil, diharapkan metode ini dapat diterapkan secara luas di desa-desa lain yang menghadapi masalah serupa.
Dengan adanya dukungan penuh dari pemerintah desa dan antusiasme dari warga, KKN 75 UNEJ optimis bahwa program ini akan berhasil dan membawa perubahan positif bagi Desa Cermee.