Kerupuk inul dikenal karena namanya yang unik terletak pada reaksinya saat digoreng. Ketika dimasukkan ke dalam minyak panas, kerupuk ini mulai bergerak atau 'bergoyang' seperti menari di dalam wajan, maka dari itu kerupuk ini disebut dengan kerupuk Inul.
Selain itu, kerupuk Inul juga memiliki nilai historis yang dalam bagi masyarakat setempat. Makanan ini bukan hanya sekadar camilan, tetapi juga merupakan bagian dari identitas budaya Alasmalang yang perlu dilestarikan. Kehadirannya dalam acara-acara adat dan perayaan lokal menunjukkan betapa pentingnya kerupuk Inul sebagai simbol kebersamaan dan kehangatan di tengah-tengah masyarakat.
"Kerupuk ini beda dari yang lain, rasanya unik banget. Tidak sekedar renyah saja, namun juga ada cita rasa yang berbeda dengan kerupuk lainnya, yang memberikan rasa yang lebih lezat, jadi cocok untuk cemilan, bikin ketagihan!" ujar Bu sunar, salah satu pemilik UMKM kerupuk inul desa Alasmalang.
Melalui kegiatan survei ini, kelompok KKN Alasmalang Kelompok 203 berharap dapat mengangkat nilai-nilai positif dari kuliner tradisional mereka. Dengan menggali informasi lebih dalam mengenai proses pembuatan, nilai gizi, dan dampak ekonomi lokal dari kerupuk Inul, mereka berusaha untuk meningkatkan kesadaran akan keberagaman kuliner di daerah ini. Sebagai hasilnya, diharapkan kerupuk inul dapat semakin dikenal secara luas dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi komunitas Alasmalang.
Dengan demikian, kerupuk inul bukan hanya menjadi hidangan lezat untuk dinikmati, tetapi juga menjadi jembatan untuk memahami lebih dalam tentang kekayaan budaya dan kuliner yang dimiliki oleh Alasmalang, Panarukan, Situbondo. Keberagaman kuliner lokal seperti ini merupakan aset berharga yang perlu dijaga dan dipromosikan demi mempertahankan identitas serta kekayaan warisan budaya Indonesia.