Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia (2020)Â memaparkan banjirnya informasi yang mengalir dari konten media sosial tanpa budaya literasi menjadi fenomena yang menggerakkan masyarakat saat ini. Berdasarkan data statistik, terdapat 8000 situs web yang dilaporkan menyebarkan berita bohong di Indonesia dalam tiga tahun terakhir. Kemajuan teknologi dan komunikasi semakin memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi melalui media sosial. Hal ini terlihat dari tingkat anak-anak, hingga tingkat dewasa dan lanjut usia.Â
Zaman hiper koneksi yang serba terhubung tidak bisa dipungkiri kemajuan perkembangan media serta teknologi semakin menjamur. Kemajuan itu membuat semuanya menjadi semakin mudah serta terbuka. Kekuatan arus informasi semakin masif, dan tentunya beragam. Kemudian perkembangan teknologi pada alat komunikasi membuat jarak antar manusia untuk berkomunikasi semakin tidak terbatas ruang dan waktu. Kendati demikian tidak bisa dipungkiri, kita tidak bisa menghindari akan ada dampak positif dan negatifnya. Salah satu hal terpenting dalam menghadapi era seperti ini yakni dengan gerakan literasi media.
Literasi media begitu memiliki pengaruh dan bahkan menjadi sebuah elemen penting dalam berkehidupan. Kemajuan ini mengarahkan orang secara cepat dalam mencari, mengolah, mengelola, menyimpan serta menyebarkan informasi. Dengan kata lain, kemajuan serta kemudahan yang disajikan menuntun kita pada kulminasi dimana kita sebagai produsen sekaligus konsumen informasi. Masa keterbukaan informasi ini sekaligus mengantarkan masyarakat pada peniadaan sekat-sekat informasi. Dampak positifnya, masyarakat memiliki bebas akses informasi dari mana dan kapan saja sesuai dengan keinginan serta kebutuhannya. Hanya saja, bila tidak bijak dalam memanfaatkan keterbukaan informasi ini bisa jadi bumerang yang sangat berbahaya.
LITERASI MENURUT PARA AHLI
Menurut Apriadi Tamburaka (2013) literasi media berasal dari bahasa Inggris yaitu Media Literacy  terdiri dari kata yakni media adalah tempat pertukaran pesan dan literacy berarti melek, kemudian dikenal dalam istilah Literasi Media yang mana melek dapat diartikan pada kemampuan khalayak terhadap media dan pesan  media massa dalam kontek komunikasi massa.
Hal senada juga disampaikan oleh Baran dan Dennis (2010) yang mengatakan bahwa  literasi media sebagai suatu rangkaian kegiatan melek media yaitu gerakan melek media dirancang untuk meningkatkan kontrol individu  terhadap media yang mereka gunakan untuk mengirim dan menerima pesan. Kemudian dalam hal ini melek media dipandang sebagai sebuah keterampilan yang bisa berkembang di dalam sebuah rangkaian dimana kita tidak selalu melek terhadap media dalam semua situasi, setiap waktu serta terhadap semua media.
KONSEP LITERASI
Di dalam literasi media, ada sebuah konsep literasi media dan itu dibagi menjadi tiga tingkatan, di antaranya yaitu konsep dasar, konsep menengah, dan konsep lanjut. Konsep dasar berfokus pada bagaimana cara media mempengaruhi masyarakat, konsep menengah mengkaji lebih dekat bagaimana pesan literasi media tercipta, dan konsep lanjutan meneliti interaksi dan peran literasi media.