Untuk memperjelas pemahaman, Tuan Guru menceritakan kisah tiga orang dari Bani Israil yang diuji Allah - seorang penderita penyakit kulit, seorang botak, dan seorang buta. Kisah ini menggambarkan bagaimana mereka diberi nikmat kesembuhan dan harta, namun kemudian lupa bersyukur.
Selanjutnya, Tuan Guru menjelaskan tentang nikmat zahir (seperti kesehatan) dan nikmat batin (seperti iman dan ilmu). Beliau menegaskan bahwa kita sering tidak menyadari besarnya nikmat-nikmat ini dalam kehidupan sehari-hari.
Memasuki pembahasan hikmah 200, Tuan Guru mengajarkan agar kita tidak merasa bingung atau lemah dalam bersyukur meski nikmat Allah datang bertubi-tubi. Beliau menekankan bahwa merasa tidak mampu bersyukur justru merendahkan nilai diri di sisi Allah.
"Allah tidak mungkin memerintahkan sesuatu yang kita tidak mampu lakukan, termasuk bersyukur," ujar Tuan Guru, membuat para jamaah termasuk mahasiswa KKN mengangguk paham.
Tuan Guru kemudian menjelaskan cara bersyukur yang meliputi mengakui dan menyadari nikmat itu dari Allah, mengucap Alhamdulillah, dan menggunakan nikmat untuk taat dan beribadah.
Menjelang akhir kajian, Tuan Guru menyampaikan bahwa pengajian Al-Hikam ini telah berlangsung sekitar 4 tahun dan diperkirakan akan selesai dalam 1-2 tahun ke depan. Informasi ini disambut antusias oleh para jamaah, termasuk mahasiswa KKN yang baru mengikuti sebagian kecil dari rangkaian pengajian panjang ini.
Kajian ditutup pukul 19.50 WIB dengan pesan agar kita selalu menyadari dan mensyukuri nikmat Allah, baik yang tampak maupun tidak, serta tidak merasa lemah dalam bersyukur. Para mahasiswa KKN terlihat mencatat poin-poin penting dan berdiskusi singkat sebelum meninggalkan masjid.
Demikian live report dari kajian rutin Tuan Guru yang diikuti mahasiswa KKN 166 UINSU Langkat malam ini. Semoga ilmu yang didapat dapat bermanfaat dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.