Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Tragedi MH 17 dan Respon Calon Pilot STPI Curug Juli 2014

19 Juli 2014   07:52 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:55 276 3
Seratusan calon pilot berbaris rapi di halaman Gedung Simulator Sekolah Tinggi Penerbang Indonesia, Curug Banten, kemarin.

Anak-anak muda yang kebanyakan baru lulus SLTA ini akan mengikuti tahapan tes wawancara untuk  menggapai mimpi untuk menjadi taruna /taruni STPI Curug. Proses seleksi masih ada 2 tahap lagi,  yakni kesehatan tahap 2 dan tes bakat terbang.

"Semua siaaaaap grak !"  Demikian aba-aba instruktur STPI yang memimpin acara.

"Semua siap ?" tanya instruktur setengah berteriak

"Siaaaaaap!" sambut para calon pilot.

"Semua siap untuk jadi pilot?" tanya instruktur lagi

"Siaaaaaaaaaappppp" jawab para calon pilot ini dengan lebih bersemangat.

"Oya?  Sudah dengar Tragedi MH 17 Malaysia Airlines? Apa masih mau menjadi pilot?" tanya instruktur lagi.

Hening sejenak.

Dan seratusan anak muda calon pilot itu sepersekian detik diam. Mungkin baru mikir,  hm, emang enak (???) kalau kamu yang menjadi pilot,  sedang terbang di jalur internasional, di atas ketinggian 33.000 kaki,  dan 100% pesawat komersil,  bisa jadi sasaran tembak di Rusia oleh pemberontak Ukraina.

Mendengar suara hening, sang instruktur bertanya sekali lagi,  "Masih siap mental menjadi pilot?"

Sedetik kemudian terdengar suara riuh dari para peserta, "siaaaaaaaaaaaapppp !" (tapi kali ini terasa sekali tidak ada keyakinan dalam suara mereka)

Ya itulah kenyataan pahit yang terhidang aktual di depan anak-anak muda yang sedang menggapai mimpi menjadi penerbang lewat jalur STPI Curug.  Mereka harus siap menghadapi risiko sebagai pilot yang bertanggungjawab bagi dirinya sendiri, apalagi bagi seluruh penumpang pesawatnya.

Pesawat Malaysia Air MH 17  yang tepat 17 tahun beroperasi ditembak hancur 17 Juli kemarin, bukan pesawat komersil pertama yang jadi sasaran tempuk. Korean Air, Iran Air, Siberian Arilines,  merupakan tiga pesawat yang mengalami nasib naas sejenis MH 17 beberapa tahun lalu.

Dan rasanya tragedi jatuhnya pesawat tidak mungkin dihentikan selama perang terus berlangsung di berbagai belahan bumi. Selama kepintaran manusia yang menghasilkan kecanggihan teknologi malah menjadi serangan maut bagi manusia lainnya, yang bisa disebut tidak bersalah, tidak terlibat konflik.

Walaupun klise, tetapi sebagai satu diantara ratusan calon pilot STPI Curug 2014/2015, saya berdoa agar tidak ada lagi pesawat jatuh.  Entah jatuh karena kerusakan pesawat, jatuh karena kesalahan manusia, apalagi jatuh karena ditembak para orang gila yang  doyan perang dan jiwanya haus membunuh.

Tragedi pesawat jatuh memang menyedihkan, mengerikan, dan tidak mungkin dilupakan. Namun tekad menjadi pilot masih terpatri kencang di dada saya. Walau banyak tantangan,


  • perempuan
  • usia 15 tahu ( karena memilih jalur homeschooling, saya lulus Ujian Nasional SLTA usia 14 tahun)
  • tinggi badan normal 155 cm untuk anak 15 tahun (sementara persyaratan pilot perempuan 165 cm)
  • uang kuliah yang ratusan juta rupiah sampai selesai (2 tahun)
  • proses seleksi yang masih 2 tahap lagi, Kesehatan khusus penerbang dan tes bakat terbang
  • Jika lulus, dua tahun seleksi pasti proses panjang yang menguras fisik, mental, dan uang
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun