“Iya”
“Kenapa?”
“Aku muak”
“Lalu apa guna kamu hidup tanpa dia? Membunuh dia sama saja membunuh dirimu sendiri!”
“Aku tidak. Kamu yang mati.””
“Lalu bagaimana dengan hartamu yang menumpuk, gelar bederet, dan jabatan mentereng?”
“Bosan.”
“Wajahmu yang tampan, selangkangan menawan, simpanan montok menantang?”
“Ambil saja kalau kamu berkenan. Sekarang cukup istriku yang sopan dan anak semata wayang.”
“Sombong!”
“Apa itu mengganggumu?”
”Kedok Ramadhan merubahmu sobat”
“Lebih tepatnya aku tobat.” “Cukuplah aku terbelit neraka rasa surga yang kau kenalkan. Aku sedang ingin bercinta dengan pahala.”
“Jadi kamu membunuh nafsu?”
“Ya, hanya akan sesimpel itu.”
Pergolakan antara batin dan syatinnirojim yang menawarkan neraka rasa surga