Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Semua Orang Bisa Jadi Seller! #TAYTB

10 Mei 2019   23:55 Diperbarui: 11 Mei 2019   00:09 73 1
Sales? Seller? Marketing? Target? Hiyyy... agak menakutkan ya. Banyak orang yang "alergi" dengan dunia tersebut dan berusaha menghindarinya, tidak terkecuali saya, tidak pernah terbayangkan dalam otak saya bagaimana jika saya menjadi seorang seller, pasti tidak akan sanggup deh! Segitu takutnya saya dengan dunia Sales, dulu, sewaktu saya baru lulus kuliah dan apply lamaran kerja, setiap kali dipanggil dan ditanya tentang "Posisi yang dihindari", saya dengan yakin selalu menjawab : "Marketing", sedangkan ketika ditanya tetang "Posisi yang diminati" saya bisa menuliskan posisi apa saja : Teller, Customer Service, Admin, Sekretaris, Finance, Back Office, pokoknya posisi apa aja deh yang penting bukan Sales/Marketing/Seller, gak mauuuu pokoknya... Saya inget banget dulu, saya ada panggilan kerja disebuah perbankan dimana saya disuruh datang pukul 10 pagi kekantor bank tersebut untuk wawancara awal, sesampainya disana ada banyak sekali yang mengantri untuk wawancara juga, waktu itu mereka belum menginformasikan lowongan yang ada untuk posisi apa,  saya menunggu sangat lama sampai sekitar pukul 5 sore barulah sampai giliran saya untuk diwawancara, bisa dibayangkan betapa lelah dan letih nya saya saat itu? Tetapi saya tetap semangat untuk melanjutkan wawancara tersebut, karena saya memiliki harapan dan keyakinan besar, siapa tahu kali ini rezeki saya. Wawancara diawali dengan pertanyaan seputar hal-hal yang umum, yang bisa saya jawab tanpa masalah yang berarti. Dari pertanyaan-pertanyaan umum, akhirnya sampailah kepada pembicaraan tentang posisi apa yang sedang dicari, ternyata yang dicari adalah Teller, api semangat saya pun semakin berkobar mendengar itu, karena Teller adalah salah satu posisi yang saya inginkan. Namun, kobaran api semangat yang menyala itu mendadak redup ketika pewawancara berkata bahwa jika dinyatakan lolos, maka karyawan akan di uji coba dulu sebagai marketing selama 3 bulan dan jika memenuhi target maka barulah akan dipekerjakan sebagai Teller, hati saya seketika hancur berkeping-keping, saya sudah mau menangis saat itu tapi saya berusaha menahannya sekuat tenaga agar tidak terlihat seperti anak TK didepan para pewawancara, mereka bertanya apakah saya bersedia dengan proses tersebut, jika bersedia maka mereka akan meloloskan saya ke tahapan test berikutnya, tapi jika tidak bersedia, maka saya tidak akan mengikuti tahapan test selanjutnya, dengan kata lain saya akan gagal saat itu juga. Tanpa fikir panjang, walaupun dengan berat hati, saya pun menjawab tidak bersedia dan otomatis menerima kegagalan. Setelah perjuangan menunggu 7 jam dengan menjunjung tinggi harapan dan keyakinan, akhirnya saya pulang dengan hati hancur dan berakhir dengan menangis di pelukan ibu saya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun