BAB 1
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Kata paradigma sendiri berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa Latin pada tahun 1483 yaitu paradigma yang berarti suatu model atau pola; bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk "membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik). Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subjektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu. Secara etimologis paradigma berarti model teori ilmu pengetahuan atau kerangka berpikir. Sedangkan secara terminologis paradigma berarti pandangan mendasar para ilmuan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Jadi, Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif).
- Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya. Psikologi juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan proses mental. Psikologi merupakan cabang ilmu yang masih muda atau remaja. Sebab, pada awalnya psikologi merupakan bagian dari ilmu filsafat tentang jiwa manusia. Menurut plato dalam buku Psikologi Umum oleh Kartini Kartono pada tahun 1996, psikologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia.
- Ilmu psikologi telah berkembang cukup pesat sejak pertama kali ia dipelajari. Ilmu psikologi merupakan bagian dari ilmu sosial yang memiliki metode dan cara kerja yang khas (lebih bersifat fenomenologis, kualitatif, dan interpretatif), namun banyak juga yang berpendapat bahwa meskipun begitu, psikologi seharusnya mampu berdiri sejajar dengan ilmu-ilmu yang 'ilmiah' dan 'obyektif' lainnya, seperti fisika, kimia, matematika, dan biologi (sehingga harus menggunakan metode yang bersifat pasti, eksak, kuantitatif). Ilmu psikologi erat kaitannya dengan filsafat seperti pendapat (Bermudez, 2005, p. 1) bahwa filosofi psikologi diartikan sebagai proses sistematis yang saling memengaruhi antara segi filosofis dan segi psikologis dalam perihal mempelajari kognisi.
- Rumusan Masalah