Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy Pilihan

Aku Tak Mengenali Ayahku Sendiri

11 Maret 2021   06:28 Diperbarui: 11 Maret 2021   08:12 197 1
Sebuah artikel kesehatan yang diharapkan tidak menjemukan untuk dibaca. Informasi bermanfaat dalam penyampaian yang santai dan awam. Sehingga pembaca dapat menikmati bacaan senikmat membaca cerpen.

Mata adalah salah satu alat indera manusia dan hewan. Seperti sebuah handphone, mata adalah lensa kamera yang sangat dibutuhkan untuk menangkap objek dalam bentuk visual yang nantinya akan dikirim ke prosesor. Hasil penginderaan mata akan di proses oleh otak untuk mencerna tentang bentuk yang telah dikirim oleh mata.

Salah satu contoh adalah saat mata melihat sosok Ayah. Tanpa suarapun otak akan tetap membaca dan menterjemahkan sinyal yang dikirim mata bahwasanya objek yang sedang dilihat adalah Ayah kita.

Apa yang terjadi jika mata hanya mampu men-scan atau memindai bahwa objek tersebut hanya sosok pria yang wajahnya kurang jelas dilihat?. Acapkali kita mendengar, "wajahnya kurang jelas, buram, kabur. Hanya terlihat bentuk hidung dan putih giginya."

Terkadang kita bisa melihat jelas seseorang. Tak ada kendala dalam berkomunikasi. Namun cukup kesulitan membaca tulisan password wifi yang ditempel di dinding warkop langganan kita.

Baiklah pembaca, saya akan berusaha mengulas seputar indera penglihatan dengan bahasa yang semudah mungkin agar menjadi informasi yang nyaman untuk dibaca sekaligus dipahami.

Pada paragraf sebelumnya sudah saya kutip sedikit beberapa keluhan 'umum' di masyarakat terkait penglihatan, namun terkesan biasa saja dan tidak penting. Yah... saya sebut 'umum' karena kenyataan nya lebih penting membeli handphone dengan android seri 10 daripada memikirkan kesehatan indera penglihatan yang digunakan untuk mengoperasikan handphone itu sendiri. Tanpa survey pun jelas terlihat bahwa toko selular jauh lebih ramai pembeli daripada toko kacamata. Dalam hal ini tidak ada maksud memojokkan produk komunikasi android, namun lebih kepada menyayangkan rendahnya perhatian masyarakat terhadap kesehatan mata.

Di dunia perkacamataan atau optik ada beberapa istilah seperti minus, plus, silinder, dan sebagainya. Saya tidak akan membahas istilah-istilah njelimet tersebut. Saya lebih pada mengajak untuk mendeteksi keluhan penglihatan sejak dini dan mencermati beberapa mitos serta opini yang berkaitan di dalamnya.

Mari kita cermati beberapa keluhan 'umum' dan 'sepele' berikut ini :

1. Melihat seseorang tidak jelas. Terkadang hanya sekilas terlihat bentuk hidung, warna kulit, warna gigi, warna rambut, warna pakaian, dsb.

2. Melihat layar televisi atau membaca buku dengan jarak yang terlampau dekat.

3. Memanggil seseorang dengan jarak tidak terlalu jauh namun dia tak mengenali kita.

4. Susah membaca spanduk atau baliho di jalan-jalan.

5. Tidak bisa membaca papan tulis dari bangku siswa.

6. Kesulitan membaca kalimat di layar handphone.

Masih banyak lagi contoh remeh keluhan penglihatan lainnya yang sering kita temukan di tengah masyarakat. Namun mirisnya, semua terkesan wajar saja dan tidak penting.

Pernah saya buktikan sendiri saat bertemu dengan seorang teman. Si Fulan ini sudah saya periksa matanya dan menunjukkan minus 5 pada mata kiri serta normal pada mata kanan. Namun dia tetap ngeyel tidak mau memakai kacamata dengan alasan tidak terbiasa, malu, tidak gaul. Padahal dia adalah seorang pengemudi mobil. Beberapa kali saya sempat ikut di dalam mobil yang dia kemudikan dengan kecepatan yang cukup tinggi. Apakah saya harus bilang wow begitu??!.

Ada juga contoh kejadian saat teman saya, sebut saja si Allan. yang sedang menjemput istrinya pulang kerja. 1 jam, 2 jam menunggu kok tidak muncul. Ternyata Allan baru saja tahu bahwa sang istri juga dalam posisi menunggu di belakang si Allan dengan jarak tak lebih dari 10 meter, namun matanya tak bisa melihat jelas kehadiran sang suami. Sebaliknya, si Allan juga kurang bisa jelas melihat keberadaan istrinya. Klop sekali bukan?. Apakah saya harus bilang wow jamuran begitu??!.

Dibidang fashion terkait mode. Beberapa orang yang cenderungnya diusia muda, merasa risih menggunakan kacamata. Tidak keren, seperti kutu buku, atau alasan klasik lainnya. Memang ada sebagian yang menggunakan bingkai kacamata ala-ala Korea. Namun sayangnya, kacamata nol ukuran saja dengan mengabaikan lensa yang diperlukan seharusnya. Please pembaca...tolonglah mata anda. Anda akan hidup melihat seisi dunia seumur hidup anda, belasan hingga puluhan tahun InsyaAllah, bukan semenit dua menit. Atau setidaknya, pikirkan resiko terburuk saat salah masuk toilet umum akibat kurang jelas membaca tulisan toilet pria/wanita.

Ada juga kesan menghakimi saat mendapati keluhan di sekitarnya. Contohnya, "dia terlalu dekat jika melihat televisi. Itu akan merusak matanya!". Nah, justru karena sudah mulai kurang jelas sehingga dia harus mendekat ke televisi, bukan sebaliknya.

"Sudah minum jus wortel satu karung kok tetap saja tidak membaik penglihatannya?". Pembaca, vitamin dan obat itu berbeda. Terlebih pada gangguan tajam penglihatan, adalah bukan jenis penyakit (kecuali penurunan tajam penglihatan karena pengaruh dari penyakit lainnya). Anda bisa berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter mata terdekat mengenai keterkaitan vitamin dan efektivitas nya dalam mengobati keluhan penurunan tajam penglihatan.

Jadi, alangkah baiknya jika kita segera tanggap jika mendapati keluhan-keluhan penglihatan. Menyarankannya untuk datang kepada ahlinya, entah itu optik yang berkompeten atau juga dokter mata.

"Dunia terlalu indah untuk dipandang dengan buram, kawan!"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun