Abimanyu yakin, Andara juga merindukannya. Abimanyu bisa merasakan, suara gadis itu terdengar bergetar ketika mereka berkomunikasi melalui telepon kemarin. Keceriaan setelah itu, tawa lepasnya mewarnai obrolan mereka selanjutnya. Jantung Abimanyu serasa mau meledak karena bahagia. Perjuangannya meraih hati gadis tomboi berhati lembut itu membuahkan hasil.
   Sekarang Andara berdiri hanya beberapa langkah darinya, dengan tatapan rindu yang sama. Tatapan terkejut yang berhasil ditangkap mata elangnya, dengan cepat berganti. Gadis itu seperti sedang meyakinkan diri, mungkin juga memupus ego yang terus digenggamnya. Abimanyu berinisiatif mengubah ekspresi wajahnya, mengulas sebuah senyuman yang diharapkan bisa memperbaiki suasana canggung di antara mereka. Lalu menghitung mundur dalam hati, sambil mengatur pernapasan seperti yang biasa dilakukannya ketika berlatih bela diri. Pada hitungan ke sepuluh, Abimanyu merasa yakin dengan keputusannya.
   "Hai, Ra," sapanya memecahkan keheningan. 'Aku rindu' lanjutnya dalam hati. Andara membalas senyumnya, tubuh yang sejak beberapa menit lalu berdiri kaku itu melemas. Abimanyu menangkap kelegaan di wajah yang biasanya tenang itu, begitu pun dengan dirinya. Abimanyu lega mampu bertahan sejauh ini. Kebekuan mencair perlahan, Abimanyu mengaruk tengkuknya sambil berpikir keras. Bagaimana caranya memulai percakapan secara natural.