Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Layar Kotak Itu Telah Merebut perhatian Papa

18 Januari 2011   04:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:27 287 3
Didiklah anak dengan kelembutan, maka dia akan lebih mendengarkanmu. Tapi dengan kekekrasan akan semakin membuat anak  brutal!

Dia menangis meraungraung sambil bergulung-gulung di lantai, masih dengan seragam sekolahnya. Sesekali mulutnya meracau dan kakinya menendang pintu. Bruaaaaaaakkkk, Pyooooorrr!! Pintu kaca itu telah pecah karena tendangan yang sangat keras.

" Pasti, papa akan membunuhku" raungnya sambil ketakutan. Nenek, aku, dan sailo tak bersuara. Membiarkan menangis sampai puas. Kalaupun aku coba untuk merayunya dan menenangkan tangisnya, serasa siasia. Dia tak bakalan mendengar dan bahkan akan lebih kacau lagi. Dia memang berwatak keras. Bahkan dia selalu tidak suka melihat orang-orang disekelilingnya terlihat bahagia. Dia akan menciptakan keonaran dengan memukul sailo layaknya memukul binatang.

Kringgg !! Suara tangisnya terhenti dan meraih telpon.

" Wai, papa" jawabnya sambil terisak.

" Lei kau mea?" bentaknya dari seberang sana.

Dia tergugu tak mampu memberi pembelaan karena dia yang salah. Terdengar suara menggelegar membuatnya semakin ketakutan. Rasanya keluarga ini tidak ada lagi kedamaian. Mereka selalu mengedepankan ego dan kemarahan. Sailo terdiam dengan pandangan kosong. Sesaat kemudian dia merangkulku dengan wajah ketakutan. Kulihat wajahnya memar oleh pukulan yang di berikan kakaknya.

" Cece ho kengkeng" suaranya gemetaran sambil membenamkan wajahnya dibalik punggungku. Air bening jatuh dari kelopak mataku. Aku sudah angkat tangan dengan keadaan ini. Hanya bisa diam dan tak mampu lagi memberi pengertian kepada Koko untuk tidak memukuli Sialo.

" Sailo, emsai keng. Yau cece haito" Jawabku untuk menenangkan ketakutanya.

" Tanhai lei yu cau, pingko kau ngo yugo Koko ta o" Jawabnya memelas.

Kupeluk dia sampai sayur yang dalam wajan gosong. Alamak...kaumenga! Ku suruh Sailo merapat ke Nenek yang biasa kupanggil Mama. Aku meminta mama menjaganya. Mama sudah tua dan kuwalahan melerai mereka. Sedangkan aku melanjutkan menyiapkan makan malam. Kulihat Koko sedang kecapean menagis. Kalau sudah begitu, aku berani angkat bicara. Kurayu dia untu mandi dan siapsiap makan malam.

Koko beranjak kekamar mandi dan  membersihakan diri. Sejenak aku berbicara dalam hati, " mungkin setannya sudah pergi dari dalam dirinya" hemm...! Koko memang anak yang hiperaktif . Nakalnya membuat seluruh orang dirumah resah. Dia sering kesetanan marahmarah dan memukuli Sailo. Aku pikir harusnya dia dibawa ke psikiater kali yach!

***

Suara kunci membuat dua anak itu berlari dan  duduk kaku meja belajar masingmasing. Papa dan Mama mereka masuk. Wajah kaku terpasang didua orang yang betubuh subur itu. Dia tidak banyak bicara bahkan tidak memberikan senyuman kepada anakanaknya. Setelah mereka berganti baju dengan baju rumah, dia menyalakan layar kotak. dia duduk sejenak kemudia beranjak menujuk ruang makan sambil menjinjing koran. Menu telah siap dimeja. Dua orang itu menikmati makan malam dengan membisu. Sepeluh menit berlalu.

Dipanggilnya Koko untuk berdiri didepan pintu. Hemm... ini hukuman yang selalu diberikan kepada Koko kalau dia melakukan aksi nakalnya. Sedangkan Sailo yang jadi korban berpurapura mengerjakan PRnya. Setelah makan malam selesai dipanggilnya Koko kedalam kamar dan memarahinya habishabisan. Aku berfikir mereka kan memberikan nasehat dan setelah itu menyuruhnya kembali mengerjakan PRnya yang buanyak sekali, ach perkiraanku meleset, Koko disuruhnya berdiri didapur dengan dengan suasana yang gelap. Sedangkan Papanya kembali asik didepan layak kotak. Koko mulai menangis sesunggukan.

" Sauseng a lei, ngo emsun deng lei ko paseng ham a" teriak papanya dalam kamar. Koko dengan susah payah meredam tangisnya. Sedangkan diruang belajar Sailo terdengar gebrakan meja yang tak kalah keras. Mamanya marahmarah dengan Sailo karena tak bisa mengerjakan PRnya. Sedangkan papanya masih asik dengan layar kotak. Ngegame dan Ngegame. Kalau dia sudah bosan, dia akan pindah ke kamar mandi dengan NDS sambil menghisap rokok yang baunya membuatku tersengalsengal. Itu yang selalu menjadi kebiasaannya dari pada bercanda dan menemani anak-anaknya.

Brakkk! Buku dilempar kelantai

" Lei emsai fan hok" teriang sang ibu dari ujung ruang tamu. Aku sudah terasa lelah dengan semua ini. Hampir tiga tahun pemandangan seperti ini kulalui. Kalau aku sudah tak tahan akan ku ambil handfree dan menutup telinga sambil ngeblog. Yach inilah duniaku yang dimana aku hanya mampu berbicara dengan sahabat-sahabatku dengan bermaya ria dan lewat tulisan. Aku tak berhak atas diri mereka. Aku menyadari siapa diriku bagi mereka. Aku hanya mampu memberi nasehat kepada Sailo agar selalu menjadi orang yang sopan santun, dan jangan sekali-kali meniru seperti mereka.

Jam dua belas malam berlalu. Kulihat Sailo telah mendengkur dengan lelapnya. Aku tersenyum melihat wajah polosnya. Wajah anakanak yang masih lugu yang seharusnya membutuhkan banyak kasih sayang dan perhatian serta didikan yang membentuk karakternya. Dia tak lupa mengecupku sambil mengucapakan katakata " good Night" kepadaku. Yach hanya dia yang selalu berlaku seperti itu.

Diluar kudengar keributan yang memekakkan telinga. Sang mama dan Sang Papa bertengkar dengan hebatnya, karena sang mama tak terima ketika sang papa menghukum Koko untuk tidur dilantai dalam keadaan musim dingin 10 derajat. Aku takut mendengar keributan . Itu yang terjadi padaku sejak kecil. Kusudahi cerpenku dan tak ingin menuruskannya dulu. Kumatikan laptop dan cepetcepat memejamkan mata.

Catatan:

" Wai, papa" artinya " Hallo, Papa

" Lei kau mea?" artinya kamu berbuat apa lagi

" Cece ho kengkeng"  artinya mbak, aku takut

" Sailo, emsai keng. Yau cece haito" artinya adik ga usah takut, ada mbak disini

" Tanhai lei yu cau, pingko kau ngo yugo Koko ta o" artinya tapi kamu akan pergi, siapa yang menolongku bila kakakku memukulku

" Sauseng a lei, ngo emsun deng lei ko paseng ham a" artinya diamlah kamu aku tak ingin dengar suara tangismu

" Lei emsai fan hok"  artinya kamu tidak usah sekolah

Salam

Kine Risty

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun